10 menit setelahnya, tsunami setinggi 1,5 kilometer dengan jarak 220 km dari lokasi terdampak, menyapu teluk dari segala arah. Sejam setelahnya, tsunami lalu mengarah ke Atlantik Utara, meninggalkan teluk Meksiko.
Empat jam setelah itu, tsunami melewati celah di Amerika Tengah -sebuah jalur yang memisahkan Amerika Utara dan Selatan- menuju Pasifik. Seharian penuh setelah tabrakan asteroid itu, tsunami telah melewati hampir semua bagian dari Samudra Pasifik dan Atlantik, masuk ke Samudra Hindia dari dua sisi, menyentuh bibir pantai di seluruh belahan Bumi, 48 jam setelah tabrakan.
Mengutip CNN, arus di bawah air saat gelombang itu terjadi juga sangat kencang terutama di Samudera Atlantik Utara, jalur Amerika Tengah, dan Samudera Pasifik Selatan. Di sana kecepatannya mencapai 643 meter/jam.
Arus sekencang itu sudah cukup kuat untuk menyapu sedimen dari setiap samudera. Hal berbeda teradi di Samudera Hindia, Pasifik Utara, dan Atlantik Selatan serta Mediterania. Di sana, sedimen terlindungi dari dampak buruk tsunami karena arusnya sedikit.
Lebih lanjut, para ahli pun terkejut ketika menemukan dampak dari gelombang dahsyat ini juga sampai di kepulauan di sebelah utara dan selatan Selandia Baru. Padahal, jarak itu dari lokasi tabrakan asteroid adalah 12 ribu km.
Ke depannya, para ahli akan menganalisa dampak dari tsunami itu untuk wilayah daratan. “Jelas saja, dampak terhebat akan terjadi di daerah terdekat dari lokasi tabrakan. Tetapi bahkan di tempat jauh pun, gelombangnya sangat besar,” kata oseanografer, Brian Arbic yang juga terlibat dalam studi ini. (rdr/cnnindonesia.com)