Pelantun “My Heart Will Go On” Celine Dion Alami Gangguan Saraf Langka

Celine Dion alami gangguan saraf langka. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Penyanyi Celine Dion didiagnosis dengan gangguan neurologis langka stiff person syndrome (SPS). Celine Dion mengungkap, gangguan tersebut menjadi penyebab kondisi kejang yang kerap dialaminya beberapa waktu belakangan ini.

Tak hanya memengaruhi kemampuan geraknya, stiff person syndrome juga membuat Celine Dion tak bisa menggunakan pita suaranya untuk bernyanyi seperti biasanya. Sebagai dampaknya, dia menunda semua agenda tur Courage yang sedianya akan digelar pada Februari 2023.

“Sayangnya kejang-kejang ini memengaruhi semua aspek kehidupan sehari-hariku, terkadang bahkan menyebabkan kesulitan ketika aku berjalan dan tidak memungkinkan untuk menggunakan pita suaraku untuk bernyanyi seperti biasanya,” Celine menuturkan melalui video yang diunggah dalam akun Instagram pribadinya, Kamis, 8 Desember 2022.

Celine Dion mengatakan sedang dalam masa perawatan bersama tim dokter hebat serta terapis kesehatan untuk memulihkan kondisinya. Namun, dia mengakui proses penyembuhan dari gangguan langka itu adalah perjuangan.

“Aku memiliki tim dokter hebat yang bekerja bersamaku untuk membantuku menjadi lebih baik serta anak-anakku yang sangat berharga yang mendukung dan memberiku harapan.”

“Aku bekerja keras dengan para terapis pendukung setiap hari untuk membangun kembali kekuatan dan kemampuanku untuk tampil lagi, tetapi harus kuakui bahwa ini adalah perjuangan,” ujarnya.

Celine bertekad untuk mencapai kesembuhan dari kondisi sindrom langka yang dialaminya. “Aku berkonsentrasi pada kesehatanku saat ini. Aku berharap bahwa saat ini telah berada dalam masa pemulihan. Ini adalah fokusku dan aku melakukan semua yanga kubisa untuk sembuh.”

Stiff Person Syndrome

Menurut laman Cleveland Clinics, stiff person syndrome adalah kelainan gerakan autoimun langka yang memengaruhi sistem saraf pusat, yakni otak dan sumsum tulang belakang. Individu dengan stiff person syndrome, pada awalnya mengalami kekakuan otot-otot tubuh yang seiring waktu diikuti dengan perkembangan kekakuan pada kaki serta otot-otot lainnya.

Sindrom yang juga disebut sindrom Moersch-Woltman juga menyebabkan kejang otot yang menyakitkan. Kejang terjadi secara acak atau bisa dipicu oleh kebisingan, tekanan emosional sentuhan fisik ringan.

Seiring waktu, stiff person syndrome bisa menyebabkan perubahan pada postur tubuh. Pada kasus yang berat, bisa membatasi kemampuan berjalan dan bergerak. Beberapa individu yang mengalami gangguan ini memerlukan pengobatan berkelanjutan selama bertahun-tahun guna mengelola gejala dan menjaga kualitas hidup.

Stiff person syndrome dianggap sebagai bagian dari berbagai macam penyakit serupa yang melibatkan satu area tubuh dan lalu menyebar keseluruh tubuh. Para peneliti tidak yakin apa penyebab pasti dari stiff person syndrome. Namun, mereka percaya itu adalah gangguan autoimun, suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat.

Banyak orang dengan kelainan ini membuat antibodi yang menyerang enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD). GAD berperan dalam membuat neurotransmitter yang disebut gamma-aminobutyric acid (GABA), yang membantu mengontrol pergerakan otot. Diperkirakan bahwa imunitas pada orang dengan SPS secara keliru menyerang enzim GAD, sehingga menurunkan jumlah GABA dalam tubuh.

Gejala SPS

Gejala SPS bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga beberapa tahun untuk berkembang. Beberapa pasien tetap stabil selama bertahun-tahun, sementara pasien lainnya perlahan mengalami perburukan kondisi. Pada kebanyakan individu dengan SPS, otot tubuh dan perut adalah yang pertama menjadi kaku dan membesar. Gejalanya meliputi nyeri, kekakuan otot, dan rasa tidak nyaman yang menyakitkan.

Pada awalnya, kekakuan dapat datang dan pergi tetapi pada akhirnya kekakuan bertahan konstan. Seiring waktu, otot kaki menjadi kaku dan lebih banyak otot di seluruh tubuh menjadi kaku, termasuk lengan dan bahkan wajah. Ketika kekakuan meningkat, beberapa orang mengembangkan postur membungkuk. Dalam kasus yang parah, kekakuan ini bisa membuat pasien sulit berjalan atau bergerak.

Kejang otot yang menyakitkan juga terjadi. Kejang ini bisa berlangsung beberapa detik, menit atau kadang-kadang beberapa jam. Terkadang, kejang bisa cukup parah hingga anggota tubuh menjadi terkilir, patah tulang, atau menyebabkan jatuh yang tidak terkendali.

Kejang biasanya memperburuk kekakuan otot. Kejang dapat terjadi tanpa alasan atau dapat dipicu saat terpapar pada suara yang tidak terduga atau keras, sentuhan fisik, lingkungan yang dingin, atau peristiwa stres yang menyebabkan respons emosional. Kejang otot dapat melibatkan seluruh tubuh atau hanya area tertentu. Tidur biasanya mengurangi jumlah kejang.

Sangat Jarang Terjadi

Kasus SPS sangat jarang terjadi. Hanya sekitar 1 dari setiap 1 juta orang telah didiagnosis dengan sindrom ini. Wanita dikatakan dua kali lebih banyak mengalami stiff person syndrome dibandingkan pria. Gejala dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi biasanya berkembang antara usia 30 dan 60 tahun.

Sindrom orang kaku lebih mungkin terlihat pada orang dengan jenis penyakit tertentu termasuk:

Celine Dion pertama kali berbicara tentang gejala SPS-nya pada Oktober 2021, ketika dia menunda awal residensinya di Las Vegas karena apa yang dia gambarkan sebagai kejang otot yang “parah dan terus-menerus”.

“Saya patah hati dengan ini,” katanya saat itu.

“Tim saya dan saya telah mengerjakan acara baru kami selama delapan bulan terakhir, dan tidak dapat membuka acara November ini membuat saya sangat sedih.” (rdr/liputan6.com)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version