SAINS, RADARSUMBAR.COM – Kelelawar dikenal membuat panggilan bernada tinggi yang mereka gunakan untuk ekolokasi. Tetapi ternyata kelelawar juga mampu menghasilkan suara menggeram bernada sangat rendah, seperti vokal menggeram penyanyi Death Metal.
Lalu bagaimana kelelewar bisa melakukannya, kini para peneliti sudah tahu jawabannya. Mengutip Live Science, Selasa (6/12/2022) seperti vokalis Death Metal, kelelawar mencapai frekuensi rendah ini dengan menggunakan apa yang dikenal sebagai lipatan vokal palsu.
“Apa yang membantu mereka menggeram adalah lipatan ventrikel atau disebut lipatan vokal palsu, yang berada di atas lipatan vokal yang sebenarnya,” kata Jonas Hakansson, peneliti yang mempelajari vokalisasi kelelawar dari University of Southern Denmark di Odense.
Lipatan vokal palsu adalah lipatan tebal selaput lendir yang muncul di laring sebagian besar mamalia. “Itu bergetar pada frekuensi yang relatif rendah dan dengan demikian menghasilkan suara geraman yang dapat didengar,” papar Hakansson.
Suara seperti itu hampir tak pernah dilakukan oleh manusia, kecuali oleh penyanyi tenggorokan Mongolia yang terlatih dan tentu saja vokalis Death Metal. Tampaknya kini, kelelawar pun bisa ditambahkan ke daftar itu.
Temuan tersebut didapat setelah peneliti baru-baru ini memeriksa kemampuan vokal tak biasa pada kelelawar Daubenton (Myotis daubentonii), yang hidup di seluruh Eropa dan Asia dengan lebar sayap sekitar 5 sentimeter.
Lantas untuk memahami rentang vokal kelelawar kecil ini, peneliti merekam suara kelelawar menggunakan laring kelelawar yang diekstraksi dan dianimasikan dengan aliran udara untuk mensimulasikan tekanan bronkial.
Mereka kemudian merekam laring dengan kecepatan hingga 250.000 bingkai per detik. Rekaman berkecepatan tinggi mengungkapkan bahwa suara yang dihasilkan oleh lipatan vokal palsu bernada sangat rendah, dalam kisaran 1 hingga 5 kHz.
Tim peneliti juga mengetahui bahwa jangkauan vokal kelelawar lebih luas dari yang mereka harapkan, mencakup tujuh oktaf. Sebagai perbandingan, manusia dan sebagian besar mamalia lainnya hanya dapat mengatur tiga atau empat oktaf.
Penyanyi seperti Prince, Mariah Carey, dan Freddie Mercury misalnya, memiliki rentang empat hingga lima oktaf. Namun itu adalah pengecualian yang jarang terjadi.
Frekuensi tinggi pada kelelawar ini dapat terjadi, karena membran yang memanjang dari pita suara dan berukuran tak lebih dari 10 mikrometer tebalnya, fitur yang tak dimiliki oleh manusia.
Beberapa primata memang memiliki selaput tersebut, tetapi manusia diperkirakan tak pernah mengembangkannya atau kehilangannya pada suatu saat di masa lalu evolusi manusia.
“Panggilan fruekuensi tinggi yang digunakan untuk ekolokasi dihasilkan oleh membran vokal. Ini adalah selaput tipis yang berada di ujung lipatan vokal,” kata Hakansson.
Berhubung massanya yang rendah, mereka dapat berosilasi pada frekuensi yang sangat tinggi dan dengan demikian menghasilkan panggilan frekuensi tinggi, diukur para peneliti pada frekuensi mulai dari 10 hingga 20 kHz.
Kombinasi membran halus dan lipatan yang lebih tebal inilah yang memungkinkan hewan ini menampilkan rentang suara begitu mengesankan. Lebih lanjut, mengapa kelelawar mengeluarkan suara geraman Death Metal, itu belum dipahami.
Namun peneliti mencatat, bahwa kelelawar akan mulai menggeram saat mereka berkerumun, sehingga ada kemungkinan perilaku menunjukkan agresi atau gangguan.
“Jika Anda menangani kelelawar, seperti menjaringnya atau mengamatinya ketika berada dalam kelompok, mereka akan mengeluarkan suara seperti itu. Meskipun alasan pastinya masih menjadi misteri,” tutup Hakansson. (rdr/kps)