Mulai Digali sejak 1964, Arkeolog Berhasil Temukan Tambang Tembaga Nabi Sulaiman

Tembaga menjadi komoditas umum di zaman kuno karena merupakan salah satu logam yang paling dicari di Bumi

Tambang misterius ini dipercaya sebagai sumber kekayaan Nabi Sulaiman. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Tim arkeolog mengaku berhasil menemukan tambang tembaga yang menjadi sumber kekayaan Nabi Sulaiman di Lembah Timna, Israel selatan. Nabi Sulaiman atau Salomo/Solomon adalah putra dari Nabi Daud.

Ia merupakan seorang nabi dan raja ketiga Kerajaan Israel setelah Saul dan Daud, ayahnya. Nabi Sulaiman juga dikenal sebagai tokoh yang membangun Baitul Maqdis – istilah yang kerap digunakan untuk merujuk pada Masjid Al-Aqsha atau kota Yerusalem – pertama.

Para arkeolog mulai menggali sebuah situs kuno pada 1964 di padang pasir yang terletak di Lembah Timna. Sejak saat itu, mereka menemukan jaringan terowongan yang telah dikerjakan oleh para pekerja di bawah kepempimpinan Raja Sulaiman yang dieksplorasi secara rahasia di Tambang Raja Sulaiman di Smithsonian Channel.

Di situlah mereka mengklaim telah menemukan sumber kekayaan Nabi Sulaiman. Erez Ben-Yosef dari Tel Aviv University di Israel menyebutkan bahwa produksi tambang di situs tersebut berkembang pesat selama pemerintahan Raja Sulaiman sekitar tiga ribu tahun silam.

Tambang tersebut tidak mengandung emas atau perak, melainkan bijih tembaga. Sejumlah bukti tersebar di seluruh lokasi yang menunjukkan keberadaan produksi tembaga secara massal di masa lalu. Diketahui bahwa Nabi Sulaiman berhasil memisahkan bijih tembaga dari batuan yang ditambang dari situs arkeologi Lembah Timna.

“Semua bahan ampas bijih hitam yang ditemukan merupakan limbah dari tungku. Ini adalah bukti yang sangat penting untuk produksi tembaga kuno di Timna,” ujar Ben-Yosef, seperti dikutip dari situs Express, Kamis, 26 Agustus 2021.

Tembaga menjadi komoditas umum di zaman kuno karena merupakan salah satu logam yang paling dicari di Bumi. “Tembaga, pada waktu tertentu dalam sejarah, adalah sumber daya ekonomi yang paling penting dan menjadi industri yang paling menguntungkan,” tuturnya.

Mohammad Najjar dari Friends of Archaeology of Jordan di Yordania menjelaskan bahwa kondisi logam tembaga saat itu mirip dengan minyak mentah saat ini. “Mirip seperti sekarang di mana manusia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa minyak Bumi. Manusia zaman itu pun tak bisa melakukan apa-apa tanpa tembaga,” papar dia.

Tembaga menjadi titik balik radikal dalam sejarah manusia. Untuk pertama kalinya, orang mengekstrak logam dari batu dan mengubahnya menjadi alat dan senjata.

Ia menggambarkan momen itu sebagai ‘lompatan kuantum’ ketika manusia mulai memproduksi bahan mereka sendiri. “Tentunya melalui proses peleburan, tembaga dipisahkan dari bijih alam di dalam batuan,” jelas Najjar.

Bijih tembaga harus dipanaskan hingga seribu derajat Celcius, dan untuk mencapai suhu tersebut, para pekerja harus terus menerus meniupkan api melalui pipa. Dibutuhkan berjam-jam untuk mendapatkan tembaga dalam bentuk murni. (*)

Sumber: viva.co.id
Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version