Hallett mengatakan, dia mulai mempelajari tulang hewan pada tahun 2012 karena tertarik untuk merekonstruksi pola makan manusia purba dan mengeksplorasi apakah ada perubahan pola makan yang terkait dengan perubahan teknologi peralatan batu. Namun, dia dan rekan-rekannya malah menemukan 62 tulang dari lapisan yang berusia antara 120 ribu hingga 90 ribu tahun lalu yang menunjukkan tanda-tanda telah diubah menjadi sebuah alat.
Fungsi dari alat-alat yang beragam itu memang masih belum diketahui. Namun tim menemukan benda-benda dengan ujung bulat yang luas yang dikenal sebagai spatula dan dibuat dari tulang rusuk. “Alat berbentuk spatula sangat ideal untuk menggores dan dengan demikian menghilangkan jaringan ikat internal dari kulit dan bulu selama proses pengerjaan, karena tidak menembus kulit atau bulu,” tim menulis.
Tim juga menemukan gigi paus, yang tampaknya digunakan untuk mengelupas batu. “Saya tidak menyangka akan menemukannya karena sisa-sisa paus belum diidentifikasi dalam konteks Pleistosen di Afrika utara,” kata Hallett. Dia mengatakan, ada kemungkinan alat dari tulang dapat digunakan untuk menyiapkan kulit untuk kegunaan lain, bukti gabungan menunjukkan kemungkinan besar, terutama untuk bulu, bahwa manusia purba membuat pakaian.
Namun belum diketahui pakaian seperti apa yang dihasilkan manusia di zaman ini, dan apakah pakaian itu terutama digunakan untuk perlindungan tubuh atau tujuan yang lebih simbolis. Hallett menambahkan, dia percaya Neanderthal Eropa dan spesies sejenis lainnya membuat pakaian dari kulit binatang jauh sebelum 120 ribu tahun lalu, paling tidak karena mereka hidup di lingkungan yang beriklim sedang dan dingin.
“Pakaian dan perangkat manusia purba kemungkinan merupakan bagian dari perilaku yang mengarah pada keberhasilan adaptif manusia dan kemampuan kita untuk berhasil secara global dan di wilayah yang secara iklim ekstrem,” katanya. (detik.com)