Bjarni Mikkelsen, ahli biologi kelautan Kepulauan Faroe, mengatakan bahwa perburuan kali ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, yang rekor sebelumnya tercatat ada 1.200 paus pilot mati pada 1940. Setiap tahunnya, diperkirakan 600 paus pilot dan 250 lumba-lumba sisi putih dibunuh dalam tradisi tersebut.
Sementara tradisi Grindadrap terus mendapatkan protes keras dari kelompok konservasi di setiap tahunnya, budaya modern juga tampaknya tak kalah sadis dengan apa yang dilakukan oleh para pemburu di Kepulauan Faroe. Hal ini terpampang jelas dalam film dokumenter di Netflix pada 2021 berjudul “Seaspiracy”, yakni film tentang dampak industri perikanan terhadap lautan global.
Sejauh ini, perburuan lumba-lumba di Kepulauan Faroe statusnya legal, kendati memerlukan izin dari otoritas setempat. Para pendukung budaya Grindadrap khawatir, apa yang terjadi pada Minggu (12/9/2021) kemarin dapat memicu gerakan dari para pecinta lingkungan yang menginginkan tradisi dihentikan atau bahkan dilarang.
Dan tampaknya memang benar, acara Grindadrap kali ini memicu reaksi keras dan kecaman di berbagai media sosial di seluruh dunia, termasuk seruan untuk memboikot ekspor ikan ke Pulau Faroe. (kumparan.com)