Sementara itu, pada orang yang baru pertama kali merokok, kandungan nikotin dapat menyebabkan batuk, pusing, sakit kepala, serta mual dan muntah.
Namun, saat akan berhenti merokok, seseorang perokok bisa merasakan gejala putus nikotin berupa cemas, tidak bisa tidur, susah konsentrasi, sakit kepala, dan batuk.
Inilah alasannya perokok justru ingin terus merokok agar tidak mengalami gejala-gejala tersebut. Dilansir dari pafisul.org, konsumsi nikotin dalam jangka panjang dapat memicu:
- Penyakit gigi dan mulut, seperti infeksi gusi (periodontitis)
- Penyakit paru, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis, dan kanker paru
- Penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke
- Gangguan fungsi seksual bahkan kemandulan
- Lebih mudah sakit dan proses penyembuhan yang lebih lama
- Kelahiran prematur, gagal napas, gangguan kongenital pada janin
- Sindrom kematian mendadak pada bayi baru lahir
- Kanker, seperti kanker lambung, kanker hati, kanker pankreas, hingga kanker ginjal
Bahaya nikotin bahkan tidak hanya mengintai perokok, tetapi juga orang-orang di sekitarnya, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir, dan anak-anak.
Meski terasa sulit, bukan tidak mungkin bagi Anda untuk berhenti merokok. Cara pertama untuk lepas dari jerat bahaya nikotin adalah segera berhenti menghisap rokok dan produk bernikotin lainnya.
Ketika keinginan untuk merokok muncul kembali, alihkan dengan aktivitas lain, misalnya berolahraga, jalan santai, meditasi, atau yoga.
Anda juga dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi dan mintalah dukungan keluarga, kerabat, bahkan pasangan agar tingkat keberhasilan dalam mengatasi kecanduan bisa semakin tinggi.
Jika Anda merasa sulit untuk berhenti merokok tetapi ingin terbebas dari bahaya nikotin, tidak ada salahnya untuk konsultasi ke dokter. (rdr)