KESEHATAN, RADARSUMBAR.COM – Katarak pada anak-anak bisa menyerang satu atau kedua mata. Kekeruhan pada lensa mata ini terkadang bisa berkembang dan membesar sehingga mengganggu kemampuan penglihatan anak.
Selain penglihatan yang buruk, katarak pada anak juga dapat menyebabkan strabismus atau mata juling, di mana titik mata melihat ke berbagai arah berbeda.
Katarak adalah setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yaitu struktur bening di dalam mata yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan yang terlihat ke retina.
Oleh karena itu, orangtua sebaiknya waspada dan segera periksakan anak ke dokter mata bila ia mengalami kondisi di bawah ini.
- Hilangnya refleks merah atau terlihatnya warna putih pada bagian tengah mata anak (leukokoria).
- Bayi atau anak terlihat acuh terhadap stimulasi mainan atau wajah orangtuanya.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan setelah dokter mata melakukan pemeriksaan mata secara lengkap. Kesehatan mata sangat penting untuk diatasi sejak dini.
Bila terjadi gangguan penglihatan yang signifikan pada masa ini (seperti katarak) dan tidak ditangani dengan segera, maka dapat mengakibatkan timbulnya mata malas (amblyopia).
Penyebab katarak pada anak
Kekeruhan yang terjadi pada lensa mata akibat katarak menyebabkan distorsi cahaya sehingga bayangan tersebut tidak dapat difokuskan dengan baik di retina.
Keadaan ini menyebabkan rangsangan yang sampai ke otak terjadi dengan tidak baik dan menimbulkan persepsi bayangan menjadi buram.
Katarak lebih sering dialami oleh orang yang sudah memasuki usia lanjut (lansia). Katarak pada usia lanjut (senilis) terjadi sesudah bola mata dan penglihatan berkembang dan stabil.
Apabila tidak ada penyakit lain yang mungkin mengganggu fungsi penglihatan, maka penderitanya akan kembali melihat dengan baik setelah kataraknya dihilangkan.
Namun, katarak juga bisa dialami oleh bayi dan anak-anak. Berbeda dengan katarak senilis, katarak pada bayi dan anak terjadi selama masa perkembangan bola mata dan penglihatan. Perkembangan mata anak terjadi sejak anak lahir hingga usia 8—10 tahun.
Melansir dari pafibiaknumforkab.org, katarak yang timbul sejak lahir disebut katarak kongenital, sedangkan yang timbul pada masa kanak-kanak hingga dewasa muda disebut katarak developmental.
Di bawah ini beberapa penyebab katarak pada anak.
- Keturunan.
- Kelainan metabolik, seperti galaktosemia, defisiensi enzim G6PD, hipoglikemia, dan hipokalsemia.
- Trauma, seperti terpukul dan terkena lemparan bola.
- Infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Virus) sejak dalam kandungan.
- Terkait dengan sindrom tertentu. seperti Sindrom Lowe, Sindrom Trisomi 21.
- Katarak sekunder yang didahului oleh penyakit sebelumnya, seperti juvenile idiopathic arthritis, tumor intraokular, terapi radiasi dan penggunaan obat steroid.
Namun, katarak pada anak terkadang juga bisa terjadi secara idiopatik atau tidak diketahui penyebab pastinya.
Setelah seorang anak terdiagnosis katarak, maka dokter mata akan menentukan beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan terapi.
1. Observasi
Katarak yang kecil dan tidak mengganggu penglihatan secara signifikan dapat dievaluasi secara rutin ke dokter mata untuk memonitor luas katarak.
Bila katarak bertambah dan telah menimbulkan gangguan penglihatan, maka operasi katarak perlu dipertimbangkan.
2. Operasi katarak
Operasi katarak merupakan pilihan terapi pada kasus katarak yang mengganggu penglihatan secara signifikan.
Prosedur ini perlu dilakukan pada waktu yang tepat karena sangat menentukan keberhasilan untuk mendapatkan penglihatan yang optimal.
3. Rehabilitasi penglihatan
Rehabilitasi penglihatan setelah operasi katarak perlu dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah timbulnya amblyopia.
Setelah katarak dihilangkan, pasien anak memerlukan alat bantu seperti lensa tanam dan/atau kacamata atau lensa kontak untuk membantunya melihat dengan lebih jelas. Alat ini juga bertujuan agar proses perkembangan penglihatan berlangsung optimal.
Keberhasilan terapi untuk mengatasi penyakit mata anak ini sangat ditentukan oleh kerja sama yang baik antara dokter mata, orangtua, dan anak sebagai pasien. (rdr/hellosehat)
Komentar