JAKARTA, RADARSUMBAR.COM — Kongres Budaya Umat Islam yang digelar oleh Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI akan merumuskan blue print untuk mengantisipasi adanya degradasi nilai-nilai kearifan di Indonesia.
Blue print itu juga untuk membangkitkan karakter budaya dan seni ulama masa lampau ketika menyebarkan Islam di Indonesia.
Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin mengatakan, blue print ini penting untuk merespons perkembangan pemahaman yang berkembang di Indonesia.
Perkembangan itu mempengaruhi dan mendegradasi perilaku keseharian umat. Keragaman pemahaman itu memunculkan sikap merasa lebih benar disbanding kelompok lain. Muncul juga perasaan untuk saling menyalahkan.
“Kesedewasaan bersikap, toleransi, dan objektivitas tidak lagi mewarnai perdebatan dalam menghargai perbedaan, ” ungkap Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS) itu kepada MUIDigital, Senin (24/7/2023).
Kiai Jeje menambahkan, kehadiran media sosial juga sangat berperan dalam menggerus nilai-nilai kearifan budaya Islam.
Karena itu, umat Islam perlu reorientasi budaya untuk mencermati kembali spirit dakwah ulama masa silam saat penyebaran Islam di Indonesia.
“Dengan konsep ini, umat dapat duduk bersama dengan para ulama yang kompeten di bidangnya masing-masing, dikomandani oleh MUI dapat merumuskan blue print perjalanan langkah umat ke depan dari tinjuan seni dan budaya,” jelasnya.
Selain itu, kata kiai Jeje, kegiatan ini juga digelar dalam rangka mewujudkan perhatian dan kesadaran MUI tentang pentingnya posisi kebudayaan sebagai bagian dari ajaran Islam.