BOLA, RADARSUMBAR.COM – Hanya tiga tahun setelah rasa sakit dan terhina akibat gagal lolos ke putaran final Piala Dunia, Italia kini malah tinggal satu kemenangan lagi untuk dinobatkan sebagai juara Eropa setelah menang adu penalti melawan Spanyol yang memastikan tempat di final Euro 2020 di Stadion Wembley, Minggu (11/7/2021).
Inggris atau Denmark menunggu tim Roberto Mancini yang tak pernah menghasilkan permainan sepak bola menggembirakan selama mereka tampilkan dalam awal turnamen, berhasil mendapatkan kekuatan dan ketabahan guna melewati perpanjangan waktu dan kemudian tampil tenang sekali dalam adu penalti.
Tidak ada yang berani menyangkal bahwa tim Mancini yang tak terkalahkan itu merupakan finalis yang pantas, berdasarkan seluruh kiprah mereka dalam turnamen ini, sekalipun Spanyol merasa merekalah tim yang lebih baik dalam semifinal tadi itu.
Sekarang sudah 33 pertandingan sejak Italia terakhir kali merasakan kekalahan dan kebiasaan menang itu terpamerkan. Adu penalti bukanlah ‘lotre’, seperti kadang disebut demikian, namun hasilnya juga tidak dapat dijelaskan dengan mudah, mengingat berbagai faktor teknis dan psikologis yang bermain di baliknya.
Namun demikian, Italia menunjukkan kekuatan dan kepercayaan diri sejati saat mereka bangkit kembali dari tendangan penalti pembuka yang gagal dari Manuel Locatelli, untuk memasukkan empat tendangan penalti berikutnya, termasuk Jorginho yang dingin mengeksekusi penalti.
Itu adalah kekuatan mental yang sama yang membantu Italia mengatasi penguasaan bola yang terbatas untuk waktu lama tatkala pemain Spanyol Pedri menjajah lini tengah dengan tak henti memamerkan operan tepat sasaran.
Dani Olmo akan menyesal bahwa upaya-upaya golnya tidak setepat dengan umpan Pedri itu, tetapi sebaliknya dia sangat bagus dengan terus-menerus mencari celah sehingga membersitkan pertanyaan mengenai lini belakang Italia.
Sebuah terobosan cepat dari tim Italia, yang berpuncak kepada penyelesaian berkelas dari Federico Chiesa, membawa Azzurri unggul pada waktu tepat satu jam. Ini adalah gol yang menunjukkan apa yang telah ditanamkan Mancini kepada timnya.
Kiper Gianluigi Donnarumma cepat dan waspada saat sodoran cerdasnya meluncur saat jeda dan Chiesa dengan pasti mengarahkan bola ke sudut jauh.
Dan setelah Alvaro Morata yang masuk lapangan dari bangku cadangan menyamakan kedudukan pada menit ke-80, Italia tak terlihat terpojok atau panik menghadapinya, tidak pula patah arang.
Justru gambaran pertahanan membaja Italia yang sudah menjadi ciri khas dan fokus kepada tekanan yang energik dan ketepatan di sepertiga terakhir lapangan yang menjadi kunci adanya transformasi yang dilakukan Mancini kepada sebuah tim yang memalukan bangsa tiga tahun lalu.
Mereka percaya satu sama lain, mereka percaya kepada pelatih mereka dan bahwa kepercayaan diri dan persatuan telah melontarkan mereka ke final.
Azzurri seketika menciptakan dampak dalam turnamen ini lewat penampilan menawan mereka dalam penyisihan grup dengan mengalahkan Turki dan Swiss semuanya dengan 3-0.
Para pakar memuji energi dan ketepatan tim Mancini tetapi pada fase gugur mereka telah menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kualitas sepak bola Italia yang lebih tradisional.
Mereka membutuhkan waktu tambahan untuk melewati hadangan Austria pada 16 besar dan kemudian menang 2-1 atas Belgia dengan disiplin sebelum melewati ujian terberat mereka.
Donnarumma adalah pahlawan setelah menangkis tendangan penalti Morata yang melahirkan kemenangan dan dia dengan cepat menunjukkan kualitas yang telah membawa timnya selama ini.
“Kami tinggal selangkah lagi mewujudkan impian kami. Spanyol sangat kuat, tetapi tim Italia ini sangat berani , kami tidak pernah menyerah,” kata dia seperti dikutip Reuters. (ant)