Untuk itu turnamen ini digelar pada paruh kedua November sampai paruh pertama Desember, atau bertepatan dengan musim dingin di kawasan-kawasan empat musim. Tak hanya itu, total waktu kompetisi yang cuma 28 hari sehingga Piala Dunia Qatar menjadi yang paling singkat setelah Piala Dunia 1978 di Argentina yang menghabiskan waktu 25 hari.
Keunikan berikutnya Piala Dunia Qatar yang ketiga adalah “nilai pasar” tim-tim yang segera bertarung satu sama lain mulai 20 November sampai 18 Desember itu. Skuad Inggris yang kebanyakan produk liga domestik mempunyai nilai pasar tertinggi, mencapai Rp21,16 triliun. Angka ini dihitung dari nilai transfer 26 pemain yang mereka bawa ke Qatar.
Urutan kedua ditempati Prancis dengan Rp17,3 triliun di mana Kylian Mbappe menjadi pemain termahal dengan Rp2,56 triliun. Skuad Qatar sendiri termasuk tim bernilai pasar rendah, hanya Rp224 miliar. Pemain termahal Qatar adalah Akram Afif yang nilainya Rp64 miliar.
Dalam urusan nilai pasar, Eropa adalah jagonya. Nilai mereka 2/3 dari total nilai pasar tim-tim Piala Dunia 2022. Tepat di belakang mereka ada Amerika Selatan dan Amerika Tengah, kemudian Afrika pada urutan ketiga, disusul Amerika Utara, sedangkan Asia memiliki nilai pasar terendah.
Amerika Selatan atau Eropa?
Dalam hal pencapaian di lapangan hijau pun tim-tim Eropa memiliki pengalaman tampil lebih jauh dari babak 16 besar. Empat dari 13 tim Eropa di Qatar 2022 pernah dan sedang berstatus juara Piala Dunia. Jerman empat kali, Prancis dua kali termasuk yang terakhir, sedangkan Spanyol dan Inggris masing-masing satu kali.
Masih ada Belanda yang tiga kali runner up dan Kroasia yang runner up edisi 2018. Hanya Denmark, Swiss dan Wales yang memiliki pengalaman tampil lebih rendah pada perempat final. Sepuluh peserta Eropa lainnya sudah pernah merasakan semifinal Piala Dunia.
Eropa hanya bisa disaingi Amerika Selatan yang mengikutkan empat tim dan tiga di antaranya pernah juara dunia. Brazil lima kali, Argentina dan Uruguay masing-masing dua kali. Hanya Ekuador yang pencapaian terbaiknya babak 16 besar.
Tim-tim Amerika Utara, Tengah dan Karibia menduduki urutan ketiga dalam hal mencapai babak lebih dari fase grup.
Meksiko dan Kosta Rika pernah mencapai perempat final, sedangkan Amerika Serikat pernah sekali mengenyam semifinal pada 1930. Namun Kanada tak pernah lebih dari fase grup, apalagi 2022 adalah Piala Dunia mereka yang kedua setelah edisi 1986.
Dari Afrika, cuma Tunisia yang tak pernah lewat fase grup, padahal sebelum ini negara Afrika utara ini sudah lima kali lolos ke putaran final Piala Dunia. Sedangkan Senegal, Kamerun dan Ghana semuanya pernah mencapai perempatfinal, masing-masing satu kali. Sementara pencapaian terbaik Maroko adalah 16 besar Piala Dunia 1986.
Asia sedikit lebih baik karena memiliki Korea Selatan yang lolos semifinal pada 2002. Tiga negara lainnya membuat penampilan terbaik pada 16 besar, meliputi Arab Saudi, Australia dan Jepang yang bahkan sudah tiga kali melakukannya.
Iran yang sering masuk putaran final Piala Dunia malah tak pernah lolos fase grup dalam lima Piala Dunia yang sebelumnya mereka ikuti, sementara Qatar menjadi satu-satunya debutan dalam Piala Dunia kali ini. Apakah semua catatan itu mempengaruhi siapa yang menjadi kampiun Piala Dunia 2022? Bisa jadi. Namun besar kemungkinan tim-tim langganan juara adalah yang memiliki kans besar untuk menjuarai Piala Dunia Qatar.
Kalaupun ada yang menyeruak, maka itu adalah tim-tim yang pernah masuk semifinal dan final. Dan ini adalah tim-tim Eropa dan Amerika Selatan. Mungkin pertanyaan paling tepat diajukan adalah, apakah Piala Dunia Qatar menjadi milik Amerika Selatan atau tetap milik Eropa?
Sudah empat Piala Dunia berturut-turut Eropa menjuarai turnamen ini, sedangkan terakhir kali Amerika Selatan menjuarai Piala Dunia terjadi 20 tahun lalu ketika Luiz Felipe Scolari memimpin Brazil menjuarai Piala Dunia 2002. Kini Amerika Selatan memiliki Brazil dan Argentina yang sama-sama masuk turnamen dengan bekal catatan tak terkalahkan yang panjang dan tiga teratas peringkat FIFA.
Tetapi bisa jadi semua itu tak cukup dan bisa jadi pula muncul juara dunia baru di luar Brazil, Jerman, Prancis, Uruguay, Spanyol dan Italia yang tak lolos ke Qatar Tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola. (rdr/ant)