FIFA mengemukakan kesulitan yang akan timbul jika mempertahankan sistem seperti itu. Kesulitannya adalah efektivitas akar yang sulit mencapai bagian alas karpet karena terhalang jarak 5 cm, antara zona akar atas dan zona akar bawah yang membuat pertumbuhan akar menjadi tidak efektif.
Lapangan dengan jenis karpet seperti ini juga akan mempersulit proses perawatan dengan mekanisme tertentu. Hal ini telah menjadi masalah yang umum dengan beberapa jenis karpet yang tersedia di pasaran.
“Saya mengusulkan perubahan ini harus dilakukan secepat mungkin untuk mendapatkan pertumbuhan rumput yang maksimal menjelang turnamen diselenggarakan,” jelas Alan.
Dalam hal pemełiharaan rutin, FIFA merencanakan serangkaian pelatihan manajemen lapangan untuk alih pengetahuan dari para ahli FIFA ke tim manajemen lapangan lokal serta petugas lapangan.
Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua PSSI Ratu Tisha menyampaikan bahwa Erick selaku Ketum PSSI mengajukan delapan stadion dan proses ini sudah dirapatkan pada saat Indonesia dipilih FIFA jadi tuan rumah.
Tisha menyampaikan, Jakarta bakal jadi lokasi penting lantaran turut jadi tempat tinggal wasit selama Piala Dunia U-17. “Nah, salah satu yang baru adalah JIS,” kata Tisha.
Keberadaan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dan JIS yang memiliki fasilitas penunjang untuk latihan juga jadi alasan ibu kota sebagai pusat kegiatan meski partai semifinal dan final digelar di Stadion Manahan Surakarta.
“Karena itu JIS mau diajukan sebagai salah satu venue utama karena Jakarta sebagai ibu kota,” katanya menambahkan.
FIFA bakal ke Indonesia untuk melakukan inspeksi pada 28 Juli-2 Agustus. JIS jadi salah satu stadion yang bakal direnovasi karena harus memperbaiki rumput dan akses stadion.
“Nanti mungkin lebih jelasnya FIFA akan datang bersama konsultan mereka. Ada pitch manager dan konsultannya. Mereka memprediksi 8-10 minggu untuk perbaikannya,” ujar Tisha. (rdr)