BOLA, RADARSUMBAR.COM – Tim Semen Padang FC saat ini berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Banyak permasalahan yang sepertinya terjadi di klub kebanggaan Urang Awak tersebut.
Hal itu terungkap dalam bincang-bincang di podcast PodSOB yang menghadirkan legenda sepakbola Sumbar dan juga Semen Padang FC, H. Suhatman Imam sebagai narasumbernya.
Pada pembicaraan awal, podcast ini awalnya hanya membahas tentang awal karir sang legenda di sepakbola. Hingga cerita Pak Haji bermain di Timnas Nasional sampai berkarir di luar negeri.
Namun, pembahasan tersebut mulai sedikit panas tepat diatas menit ke-40. Pak Haji mulai bercerita tentang berbagai masalah yang ada di internal tim Kabau Sirah yang jarang diketahui orang.
“Yang salah saat ini bukan pemain. Kan bisa dilihat dari track record untuk mengambil pemain. Dari pemilihan pemain sejak awal, saya sudah perhitungkan tim akan begini,” ucap Suhatman Imam.
Dia menyebut, saat pemilihan pelatih di awal semua sudah terlihat salah. Katanya, apakah masuk akal dengan target 6 besar, memilih Hendri Susilo sebagai pelatih.
“Semuanya mulai terlihat saat persiapan tim. Latihan masih di Padang, ujicoba melawan tim Pra PON, kan tea namonyo tu. Sudah tahu kalau pertandingan nanti akan digelar di Jawa, tapi masih latihan juga di Padang,” sebutnya.
Dijelaskan Suhatman, sebelum pertandingan ini ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, mulai dari lapangan, cuaca, makanan dan adaptasi dengan lingkungan bermain. “Ini tidak, sudah mau mulai Liga, masih saja latihan di Indarung,” ujar Suhatman.
Belum lagi dalam pemilihan tim pelatih. Kenapa Hendri Susilo memilih Asisten ‘D’, apakah dia layak? Kalau Hengki Ardiles masih boleh, pelatih fisik juga masih bisa dan pelatih kiper juga sudah bagus. “Kenapa si ‘D’ ini?” kata Pak Haji.
Bahkan, ketika tim dikalahkan dengan skor telak 1-8 saat melawan Dewa United di Stadion Haji Agus Salim Padang, dia mengaku kaget.
“Dari kekalahan itu saya yakin ada hubungan yang tak baik antara manajemen, pelatih, pemain dan sebagainya,” jelas Suhatman.
Ditambahkan Pak Haji, dirinya mengaku sudah mengundurkan diri saat Semen Padang FC dipastikan lolos ke Liga 1 lalu. Usai bermain lawan Malut United, ada laga tandang di final melawan PSBS Biak.
“Saya sempat diajak ke Biak, tapi tidak ikut. Ambo mengundurkan diri. itu sudah lolos ya dan suasana sudah tidak bagus, sudah banyak monopoli,” tuturnya.
“Karena lebih didengar suara tukang foto ketimbang pelatih. Tukang foto itu paling berbahaya di dalam tim, ambo acok berang k inyo tu. Masa dia pula yang mengajak orang masuk ke Semen Padang FC,” tegas Pak Haji.
“Workshop nyo kuasai, tiket nyo kuasai, sayangnyo kok manajemen picayo ka inyo. Patang tu masih lalok-lalok juo di lobi hotel, ambo ajak, kini lah inyo pulo nan maatur,” papar Pak Haji.
Dia pun berpesan, hal kecil yang terjadi bisa berdampak besar. “Bahaya bagi manajemen masuk ke ruang pemain, apalagi orang itu berkata dan berbuat yang tidak-tidak,” katanya.
H. Suhatman Imam sendiri adalah seorang legenda hidup bagi Semen Padang FC. Lahir pada 26 Februari 1956, dia adalah pemain terbaik di Indonesia pada era akhir 70-an.
Ia memulai karier sepak bolanya di PSP Padang sebelum direkrut oleh PSSI untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia Senior dalam pertandingan Pra-Olimpiade di Jakarta pada tahun 1975. Pada kejuaraan Asia tahun 1977 di Bangkok ia bahkan dipercaya menyandang ban kapten.
Seperti pemain lainnya, ia-pun tak luput dari cedera, bahkan cedera yang dideritanya pada tahun 1978 itu sangat parah sehingga mengakhiri kariernya sebagai pemain sepak bola.
Pada tahun 2010 klub Semen Padang pun memintanya kembali berperan, kali ini untuk menjadi penasihat teknik bagi pelatih Nil Maizar yang juga adalah mantan muridnya. Selanjutnya iapun diangkat menjadi direktur teknik.
Setelah Nil Maizar direkrut PSSI menjadi pelatih timnas senior, Suhatman-pun menggantikannya menjadi pelatih kepala. Pada periode ini ia berhasil membawa Semen Padang menjadi juara LPI dan masuk final ke Piala Indonesia 2011/2012. (rdr)
Komentar