Oleh: Megri Fernando – Tokoh Muda Kota Padang
Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 tahun, Kota Padang kembali dihebohkan dengan kasus tawuran antar remaja.
Belum habis duka kita atas kehilangan Afif Maulana yang diduga menjadi korban kekerasan aparat akibat penertiban tawuran remaja. Kejadian kali ini menimpa remaja berumur 16 tahun.
Tak seperti Afif yang kehilangan nyawa, korban kali ini berpotensi kehilangan kedua tangannya akibat ditebas anggota geng tawuran.
Seketika ‘tagalenjek’ penulis membaca berita dari salah satu media online, Farel Okta Firmansyah yang berumur 16 tahun kehilangan sebelah lengan dan hampir kehilangan lengan lainnya.
Bagaimana bisa geng tawuran yang rata-rata masih berada pada usia remaja yang kita harapkan menjadi tulang punggung bangsa di masa depan melakukan hal sesadis ini.
Dari masa ke masa tawuran memang menjadi suatu fenomena yang selalu menghiasi masa remaja, termasuk penulis juga pernah berada pada momen itu.
Akan tetapi apa yang dilakukan remaja pada saat ini jauh melampaui batas nalar dan akal sehat.
Sadis dan tidak berperikemanusiaan, mungkin kata ini yang bisa menggambarkan kondisi psikologi remaja pada saat ini.
Bagaimana bisa akal sehat kita menerima bahwa remaja dibawah umur sudah tega menebas tangan seorang anak lainnya hingga putus?
Saya tidak tahu tanggapan pembaca, tapi bagi saya ini sadis dan tidak bisa dibiarkan! Harus berapa banyak lagi korban remaja harapan bangsa akan kehilangan masa depan sampai kita, masyarakat dan seluruh stakeholder menyadari ada yang salah dalam sistem pendidikan usia dini kita?
Dan harus berapa lama lagi kita menyadari bahwa perlu ada tindakan tegas dan nyata yang dapat menimbulkan efek jera kepada anak muda pelaku tawuran ini.
Entahlah, hanya saja penulis akhirnya pesimis bahwa bonus demografi dapat terwujud. (*)