Oleh: Nurul Fadhilah Khair, M.Psi, Psikolog
Dosen Psikologi Klinis UIN Imam Bonjol Padang
Dewasa ini tingginya mobilitas antar individu, menyebabkan interaksi sosial menjadi semakin intens.
Interaksi sosial ini terjadi karena adanya hubungan timbal balik antar individu dengan berbagai tujuan, di antaranya untuk menjalin hubungan pertemanan, diskusi, kerjasama ataupun tujuan lainnya.
Sehingga umumnya, interaksi sosial terjadi karena adanya ‘harapan’ terhadap individu lainnya. Seringkali kita merasa bahwa ‘seseorang itu bisa saja berubah’, ‘suatu hari dia akan menjadi orang yang lebih baik’, ‘bisa jadi perilakunya akan berubah, jika saya merubah sikap ke dia’ terhadap individu yang saat ini sedang menjalin interaksi dengan kita.
Tapi, apakah harapan terhadap perubahan tersebut, bisa terjadi?
Fenomena ini sudah lebih dulu dijelaskan di dalam keilmuan psikologi, dalam ilmu kepribadian. Dimana psikologi menjabarkan bahwa ada perbedaan antara Karakteristik, Kepribadian dan Perilaku, ketiga istilah ini merujuk perkembangan individu.
Karakteristik, atau Karakter oleh Saunders, seorang ahli psikologi dianggap sebagai sifat nyata serta berbeda yang ditunjukan oleh seorang individu dimana karakter ini bisa tampak melalui tingkahlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya, bahwa karakter antara satu orang dengan orang lainnya, bisa terlihat langsung melalui tingkah laku yang ditunjukkan dan khas antara individu.
Selain itu tingkah laku, atau perilaku merupakan bagian dari karakter dimana tingkah laku merupakan respons seseorang atau reaksi yang terlihat terhadap stimulus atau berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.
Misalnya, jika seseorang mengetahui bahwa pasangannya berselingkuh dalam hal ini si A akan merespon berita tersebut dengan berteriak, marah, maupun menangis.
Namun respons ini bisa berbeda pada si B yang tidak menunjukkan perubahan perilaku, bersikap tenang dan biasa saja.
Mereka berdua sama-sama terkena stimulus perselingkuhan, namun bereaksi berbeda terhadap stimulus tersebut. Istilah lain yang terkait dengan hal tersebut yaitu kepribadian.
Di mana kepribadian, sering diartikan sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membuatnya terlihat berbeda dibandingkan dengan orang lain.
Menurut ahli Psikologi ternama, Sigmund Freud bahwa kepribadian individu memiliki 3 unsur di dalamnya yang dikenal dengan istilah das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego) dimana menurut Freud dinamika dan interaksi dari ketiga unsur tersebutlah yang kemudian menciptakan kepribadian seseorang.
Ego adalah keadaan sadar, sedangkan Id adalah ketidaksadaran, dan Superego adalah kerangka moral atau etika yang mengatur bagaimana ego beroperasi.
Lebih jelasnya lagi, Freud berpendapat kalau id adalah bagian primitif dan instingtual atau instingtif dari pikiran yang berisi dorongan seksual dan agresif serta ingatan tersembunyi.