Nesahat Buat Sipongah: Ulama Luar

Islam sampai ke tanah nusantara ini adalah jasa para ulama dari berbagai negeri dan bermacam negara, tanpa membedakan ras, suku, bangsa, asal, dan kelahiran.

Ustadz Kamrizal Syafri. (dok. Ar RIsalah)

Ustadz Kamrizal Syafri. (dok. Ar RIsalah)

Istilah ‘Ulama Luar’ adalah itilah yang sangat viral hari ini, khususnya di Ranah Minang, Negeri para ulama, ranah para intelektual dan rumah para pujangga.

Oleh: Kamrizal Syafri – Penceramah

Istilah ini, adalah diksi baru, yang agak mengganggu. Jika tidak jelas definisinya, dan tidak disepakati kisi-kisi nya, bisa menjadi pasal karet, yang rentan digunakan untuk menolak atau mempersekusi ulama/ust/buya yang tidak sependapat dengan seseorang.

Islam sampai ke tanah nusantara ini adalah jasa para ulama dari berbagai negeri dan bermacam negara, tanpa membedakan ras, suku, bangsa, asal, dan kelahiran. Karena standar keulamaan adalah keilmuan, kealiman, dan pemahaman keislaman, bukan asal dan kebangsaan.

Maka mengelompokkan ulama, dengan istilah “kami dan kalian”, diksi “luar dan dalam”, “lokal dan interlokal”, “nusantara dan sahara”, “pribumi dan pendatang,” adalah hal yang bisa meremuk redamkan persatuan umat yang sudah “rapuh” oleh perbedaan faham, manhaj dan aliran ini.

Saya sangat berharap istilah ini dikoreksi dan dihilangkan dari memori kita. Jangan diteruskan, dan jangan ditoleransi, apalagi diadopsi menjadi sebuah hukum dan kebijakan.

Ini tidak elok, tidak patut., dan SANGAT BERBAHAYA.!!

Berbeda pendapat biasa, apalagi masalah fikih. Saling menghargai, saling memahami adalah sikap terbaik yang mesti dimiliki. Dan masalah politik adalah ranah ijtihad dan, masalah fikih juga yang dinamakan dengan FIKIH SIYASAH.

Dan Ranah Minang, termasuk negeri yang ramah dan hangat dengan Ulama lintas mazhab, lintas aliran dan manhaj. Disini disambut hangat kehadiran ust Adi HIdayat dan Abdul Shomad, diterima dengan ramah ust Khalid Basalamah dan Riza Basalamah.

Dijemput dengan tangan terbuka Buya Abu Bakar Baasyir dan Jakfar Umar Thalib. Juga diundang tidak sekali, Tengku Zulkarnain, Mama Dedeh, Hannan Attaki, Rahmat baiquni, dan juga Idrus Romli. Berkali kali juga da’i dari Saudi dan Palestina, hadir dan mampir di sini.

Inilah kekhasan Ranah Minang, keunikan, dan keistimewaan Sumatera Barat dan kebanggaan Orang Padang, Nagari yang terkenal dengan julukan “adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah ini. Disini dihargai, dimuliakan guru, ust dan apalagi ULAMA.

Disini terbiasa adu argumentasi, diskusi ilmiah, dan adu otak, dan sesuai dengan istilah Rocky gerung, disinilah tempat tumbuh suburnya AKAL SEHAT.

Ayo …jaga “kekayaaan’ mahal dan warisan teramat berharga ini… (**)

Exit mobile version