Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tersenyum manis saat Presiden Prabowo mengucapkan terima kasih, karena sudah menyisir anggaran sampai satuan kesembilan demi efisiensi, penghematan anggaran, yang akhirnya juga disambut gelak tawa oleh para menteri, peserta rapat pleno kabinet, kemarin, dalam rangka 3 bulan masa pemerintahan berjalan.
Oleh: Erizal – Politisi Partai Gelora
Presiden Prabowo tak sedikitpun menanggapi hasil survei 100 Hari dari Litbang Kompas yang begitu membanggakan. Ia lebih fokus pada berjalannya program-program yang sudah dicanangkan, termasuk perihal efisiensi anggaran itu.
Sepanjang pidato Presiden Prabowo yang saya ikuti seringkali beliau mengucapkan terima kasih kepada para menterinya yang sudah bekerja keras menjalankan program yang sudah ia canangkan.
Presiden Prabowo juga meminta loyalitas para menterinya, terutama terhadap pembatasan-pembatasan yang sudah ia buat.
Menurut saya, meskipun baru 3 bulan, sudah bisa disimpulkan bahwa Presiden kita ini memiliki dua kelebihan sekaligus. Yakni, arahan atau pidato yang sama baiknya dengan tindakan atau eksekusinya.
Kalau Presiden Jokowi terkenal dengan eksekusinya dan Presiden SBY terkenal dengan pidatonya, maka Presiden Prabowo punya keduanya. Rasanya belum pernah ada Presiden kita yg punya keduanya sekaligus.
Masih ingat dengan slogan, Terima Kasih Pak Jokowi? Slogan ini dulu dibuat oleh para pendukung Jokowi atas program-program pro-rakyat yang diberikan pemerintah kepada rakyat, untuk menaikkan popularitas Presiden Jokowi.
Bahkan, slogan Terima Kasih Pak Jokowi itu digaungkan dan bertahan sampai akhir masa jabatan Presiden Jokowi benar-benar selesai.
Sementara itu Presiden Prabowo dengan tegas justru melarang masyarakat untuk mengucapkan terima kasih kepada dirinya. Terima Kasih Pak Prabowo tak ada ceritanya lagi.
Jangan ucapkan terima kasih kepada Pak Prabowo karena semua itu adalah kewajiban pemerintah kepada rakyatnya, tegas Presiden Prabowo.
Presiden Prabowo ingin terlihat apa adanya saja. Tak perlu dicitra-citrakan. Ini pula yang membedakan antara Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Keduanya sangat peduli dengan citra.
Presiden Jokowi menjaga citra merakyat, turun ke bawah, tak perlu banyak bicara, termasuk kalau diserang sekalipun. Kalau Presiden SBY lebih menjaga citra penampilan, wibawa, tutur kata, dari pidato ke pidato lainnya yang tersusun sistematis.
Bisa jadi juga, ingin terlihat apa adanya itu justru citra yang sedang dibangun Prabowo. Tak perlu berterima kasih kepada Prabowo, secara tidak langsung, itulah caranya mengucapkan terima kasih kepada Prabowo.