“Sehingga mahasiswa, ketika mereka lulus nanti, mereka punya kompetensi juga untuk bisa membimbing pariwisata. Artinya, kami belajar dari mereka, bahwa keterampilan dari mahasiswa itu luas ternyata, bukan hanya bagaimana cara menggaet pelancong ke daerah tujuan wisata, bukan hanya masalah menjelaskan tempat-tempat yang bersejarah tapi sekaligus ada aktivitasnya,” katanya.
Kompetensi lulusan pariwisata ini, katanya, harus mampu menciptakan lapangan kerja di bidang pariwisata.
“Keterampilan seorang lulusan pariwisata, harus dimulai dari mendampingi wisatawan, itu bagian dari hospitality, bahasa, kemampuan dan komunikasi,” katanya.
Setelah itu, kata Revalin, seorang pegiat pariwisata juga harus memiliki pengetahuan di sebuah daerah destinasi wisata. “Seharusnya, ketika kita berkunjung ke sana, selain kita menceritakan latar belakang sejarah, misalnya Istana Pagaruyung begitu atau Goa Jepang, kan ada sejarah di sana kenapa itu terjadi,” katanya.
Menurutnya, pariwisata akan menjadi kurang menarik jika tidak ada suatu aktivitas yang dilakukan di lokasi kunjungan. “Wisatawan (datang) cuma melihat-lihat, membaca-baca, foto-foto, 10-15 menit orang sudah bosan. Namun jika di daerah destinasi wisata ada aktivitas, apalagi berkaitan dengan sungai, danau. Ini kan peluang. Jadi seharusnya, kalau kita menggiatkan wisata dengan perairan, guidenya kan harus bisa berenang paling tidak,” katanya.
“Ada keterampilan yang perlu dipelajar, dosennya harus bisa dahulu, apakah dosen tetap kita atau kita rekrut dosen praktisi, kalau ingin berkesinambungan, kita berdayakan dosen tetap kita berdayakan, kalau ingin sementara beberapa kali pertemuan, cukup dosen praktisi. Selesai. Makanya saya sampaikan ke dosen pariwisata dan destinasi wisata, kita perlu pikirkan dan kembangkan ini. Butuh publikasi luas, infrastruktur mendukung, jaminan keamanan, perhotelan, maka orang akan bisa menjadwalkan kedatangannya,” pungkasnya. (rdr)