PADANG, RADARSUMBAR.COM – Lima mahasiswa lintas fakultas Universitas Andalas, Sumatera Barat membuat inovasi sistem pendeteksi dini kanker kulit melanoma maligna berdasarkan gambar yang diolah dan diklarifikasikan algoritma kecerdasan buatan.
“Inovasi ini kami namai Melanopsy,” kata Ketua Tim Melanospy, M. Qolbi Al-Zikri di Padang, Senin.
M. Qolbi Al-Zikri mengungkapkan sistem ini terdiri atas alat dan aplikasi yang saling terintegrasi. Melanospy dibuat untuk menjawab permasalahan pendeteksian melanoma maligna yang memerlukan alat canggih, dan penginterpretasian hasil alat yang hanya bisa dilakukan dokter spesialis kulit.
“Melanospy nantinya diharapkan dapat membantu pendeteksian dini melanoma oleh tenaga kesehatan di layanan kesehatan primer, bahkan di daerah 3T sekali,” ujarnya.
Hasil pendeteksian menggunakan alat dapat dilihat secara langsung atau realtime di monitor Melanopsy dan aplikasi mobile yang sudah terintegrasi.
“Sistem ini dapat dikembangkan untuk jenis penyakit kulit lainnya (selain melanoma),” ujarnya.
Sistem tersebut merupakan terobosan baru dan pengembangan dari sistem sebelumnya. Prototipe atau purwarupa ini memiliki fitur yang menerapkan algoritma baru untuk memprediksi kedalaman (breshlowthickness) kanker kulit berdasarkan gambar menggunakan multispectral imaging.
Selain itu, inovasi tersebut juga dilengkapi dengan kamera resolusi 64 megapixel, dan sensor jarak yang dilengkapi liquid crystal display (LCD) layar sentuh tujuh inci guna memudahkan penggunaan.
“Prototipe ini siap untuk diujicoba dan masih dalam pengembangan. Kami berharap hasil rancangan ini dapat diwujudkan dan bermanfaat bagi masyarakat,” harap mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Unan tersebut.
Senada dengan M.Qolbi, mahasiswa penemu inovasi Melanopsy lainnya, Ilham Hanafi menjelaskan melanoma maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas di antara jenis kanker kulit lainnya. Melanoma dapat menyebar ke jaringan tubuh lain jika tidak segera ditangani.
“Pendeteksian dini melanoma maligna sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat keparahan akibat kanker kulit,” ujarnya.
Ia mengatakan pemeriksaan fisik oleh dokter sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman dokter. Sehingga, tak jarang memunculkan salah diagnosis atau diagnosis yang tidak tepat.
Lebih lanjut, Hanafi yang juga mahasiswa kedokteran tersebut menjelaskan sebelumnya deteksi melanoma maligna dilakukan lewat metode biopsi yang berpotensi menyebabkan infeksi dan perdarahan lokal.
“Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat mengurangi biopsi dan efek yang ditimbulkan,” ujarnya. (rdr/ant)