PADANG, RADARSUMBAR.COM – Momen haru tak terelakkan tatkala Reszil Murtesiswara berhasil meraih gelar Doktor di bidang ilmu ekonomi pada Senin (13/11/2023).
Dalam pemaparannya di Ujian Terbuka Promosi Doktor Program Studi Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Reszil mengangkat disertasi berjudul ‘Pengaruh Green Supply Chain Management Terhadap Kinerja Lingkungan Dimediasi oleh Green Innovation (Studi pada UMKM Kuliner di Sumatera Barat).
Tim penguji dalam ujian terbuka promosi doktor tersebut di antaranya, Prof Ganefri (Penyelia-Rektor), Prof Perengki Susanto (Ketua Komisi-Dekan), Prof Idris (Sekretaris Komisi-Koordinator Prodi), Prof Bustari Muchtar (Promotor).
Kemudian, Dr Susi Evanita (Ko-Promotor), Prof Isril Berd (Penguji Eksternal), Prof Dr Idris (Penguji Internal) dan Dr Joan Marta (Penguji Internal).
Pantauan Radarsumbar.com di lokasi sidang terbuka tersebut, salah satu yang dipaparkan dan disorotinya adalah perkembangan ekonomi dalam beberapa tahun belakangan ini tidak diimbangi dengan pengelolaan sumber daya berkelanjutan dan pengurangan dalam menghasilkan polusi (Salvador et al., 2023).
Saat ini, katanya, terdapat 150 juta ton plastik di lautan dunia dan jumlah tersebut meningkat sebesar 250 juta lagi apabila tren produksi dan konsumsi terus berlanjut.
Khusus di Sumbar, katanya, perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) cukup pesat, terutama di sektor kuliner.
Pada tahun 2016, UMKM kuliner di Sumbar mencapai 584.781 unit yang tersebar di 19 kabupaten dan Kota di Sumatera Barat (Sumbar).
Sebaran terbanyak UMKM tersebut berada di Kota Padang dengan jumlah mencapai 90.616 unit atau 15,50 persen.
Perkembangan UMKM ini juga dibarengi dengan berbagai permasalahan. Antara lain, inovasi rendah, teknologi tradisional, sumber daya manusia dan limbah (Musa and Chinniah, 2016).
Ia menilai, biaya pengelolaan limbah yang masih rendah juga mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan.
“Karena itu, perlu adanya perlindungan serta konsep keberlanjutan pada lingkungan,” katanya.
Usai pemaparan tersebut, dia juga sempat melayani sesi tanya jawab dengan para penguji yang ada di hadapannya.
Hasilnya, Reszil dinyatakan sah bergelar Doktor di bidang ilmu Ekonomi. Momen haru pun tak terelakkan tatkala dia diberikan kesempatan untuk berbicara di atas panggung.
“Semua ini atas dukungan penuh seluruh pihak, baik keluarga, ayah-ibu, istri, anak-anak, rekan-rekan saya, para dosen di UNP, hingga komandan di satuan,” ujarnya.
Setelah sah bergelar Doktor, Reszil tidak menampik bahwa dirinya akan mengimplementasikan ilmu yang didapatnya dengan menjadi dosen atau pengajar tak tetap di kampus yang membutuhkannya.
Bintara Doktor Pertama
Reszil merupakan seorang aparat kepolisian yang berdinas di Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Barat (Sumbar). Saat ini dia berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda).
Bisa dibilang, dia merupakan Bintara pertama di Sumbar yang sukses meraih gelar yang lebih diperuntukkan untuk perwira kepolisian atau Aparatur Sipil Negara (ASN) golongan II ke atas.
Ia merupakan mahasiswa Strata 3 untuk Program Doktor Kajian Lingkungan dan Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (FE UNP).
Demi mengejar gelarnya tersebut, tak jarang ayah tiga anak itu harus menyisihkan uang Rp500 ribu dari gajinya untuk kuliah.
Betapa tidak, untuk kuliah di tingkat S3, dibutuhkan biaya hingga Rp12 juta per semester. Sementara, Bripka Reszil hanya seorang polisi berpangkat bintara.
“Saya sempat berfikir panjang untuk melanjutkan studi menjadi Doktor, karena ini memakan biaya yang banyak, sementara saya juga ada tanggungan biaya keluarga dan dua anak yang masih sekolah,” katanya.
Jauh sebelum mengejar gelar Doktor dan Magister, Reszil menyelesaikan S1 Manajemen di STIE KBP Padang dan S2 di kampus yang sama.
“Pada saat itu saya hanya ingin kuliah di semester satu saja untuk tahu siapa yang mengajar, belajar dan apa yang dipelajari,” katanya.
Tidur dengan Buku
‘Kegilaan’ Bripka Reszil dengan dunia pendidikan tak main-main.
Di tengah usahanya mendapatkan gelar Doktor, dia selalu menyempatkan membaca buku dan jurnal internasional untuk sejumlah risetnya.
Padahal, dirinya tentu mempunyai kesibukan yang tak sedikit pula sebagai seorang anggota Polri dan bertugas di Polda Sumbar.
Menurutnya, ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi siapapun.
“Percuma saja punya semuanya tapi tak berilmu, tidak ada gunanya juga,” katanya.
Saking gigihnya, suami dari Meta Nora Putri ini tidak jarang ketika di rumah, dia tidur dengan buku masih di tangan.
Gagal di Akpol
Pada tahun 2003, usai menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Reszil sempat mencoba peruntungan untuk mengikuti seleksi di Akademi Kepolisian (Akpol), namun gagal.
Tak patah semangat, pada tahun 2004 silam, dirinya kembali mencoba masuk Akpol, namun, takdir berkata lain. Dia hanya bisa menjadi Bintara Polri.
Meski hanya menjadi seorang Bintara, prestasi yang ia torehkan selama menempuh Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba) Polri di Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Padang Besi pun tak main-main.
Dia berhasil masuk ke dalam siswa dengan peringkat 10 besar di posisi tujuh dari 534 siswa saat itu.
“Setelah dua tahun menjadi polisi, tahun 2007 saya ikut kembali seleksi Akpol, namun tetap tak ada rezeki menjadi seorang perwira Polri sumber Akpol,” ucapnya.
Meski demikian, dirinya mengaku tak patah semangat ataupun berkecil hati.
Terbukti, hingga saat ini, dia masih aktif berstatus anggota Polri dan sudah ditugaskan ke berbagai satuan kerja (Satker) kepolisian.
Karirnya di kepolisian dimulai di Direktorat Samapta Bhayangkara (Dit Sabhara) Polda Sumbar, Satuan Samapta Polresta Padang, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Padang.
Kemudian ditugaskan di Satuan Polisi dan Perairan (Satpol Air) Polresta Padang, hingga menjadi Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabin Kamtibmas) Satuan Binmas Polresta Padang sebelum ditarik lagi ke Polda Sumbar. (rdr)
Komentar