Nehru menawarkan agar Bung Hatta menginap di rumahnya dan menganggap rumah itu layaknya rumah sendiri. Namun tawaran itu ditolak karena perjalanan Bung Hatta yang dirahasiakan. Bung Hatta bilang ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Nehru. Nehru menjadwalkan keesokan harinya karena sedang ada jadwal sidang kabinet.
Dalam pembicaraan kedua sahabat itu, Bung Hatta menanyakan apakah India dapat membantu Indonesia dalam hal persenjataan. Sebab, naga-naganya Belanda akan menyerbu Indonesia. Namun, Nehru menjawab tidak bisa. Senjata-senjata itu masih berada di bawah penguasaan Inggris, negara bekas penjajah India.
Nehru berjanji membantu Indonesia dengan melayangkan protes ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar tindakan Belanda itu dihukum. Protes itu tidak dapat diabaikan oleh Belanda karena gengsinya akan jatuh jika tetap menyerang Indonesia. Nama Belanda akan terpuruk di dunia internasional.
Pukulan dari Belanda akan mengangkat derajat Indonesia. Indonesia memang akan menderita karena perang, namun Indonesia tidak akan dapat dihilangkan dari peta. Pendudukan Belanda di Indonesia hanya sementara dan, sesuai dengan Perjanjian Linggarjati, seluruh daerah Indonesia akan merdeka.
“Aku menyesal India tidak dapat segera membantu Republik Indonesia dengan segera, tapi aku setuju dengan pandangan Nehru bahwa pukulan terhadap Belanda itu akan menaikkan derajat Republik Indonesia di masa mendatang,” ujar Bung Hatta.
Bung Hatta mengisahkan semangat dan keyakinannya akan kemenangan Indonesia itu makin membara ketika dipertemukan dengan tokoh spiritual dan politikus India, Mahatma Gandhi, oleh Nehru. Pertemuan itu berlangsung di rumah Gandhi di pinggiran Kota New Delhi. Gandhi mengatakan tidak percaya Indonesia dapat dijajah kembali oleh Belanda. Sebab, seluruh dunia sudah menentang adanya kolonialisme. “Aku percaya, bagaimanapun juga agresifnya Belanda, Indonesia akan menang,” kata Gandhi.
Mendengar Gandhi berucap, terbayang dalam kepala Bung Hatta bahwa PBB akan segera mengakui hak merdeka dan berdaulat Indonesia. PBB akan memaksa mundur Belanda dari Indonesia dan mengakui kemerdekaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Linggarjati. Setelah bertemu dengan Gandhi, Bung Hatta kembali ke Indonesia. Masih ditemani oleh Patnaik. Bung Hatta dan rombongan mendarat di Pekanbaru, Riau. Ia melanjutkan perjalanan keliling Pulau Sumatera ke Sumatera Utara.
Pada saat yang sama, radio mengabarkan Belanda mulai melancarkan agresi militer. Tercatat dalam sejarah agresi militer I itu mulai dilancarkan pada 21 Juli 1947. Selama beberapa waktu, Bung Hatta tertahan di Sumatera karena banyak daerah yang diblokade oleh Belanda. Hingga kemudian ia dapat kembali ke Yogyakarta menemui Sukarno setelah enam bulan berpisah. (irwan nugroho-detik.com)