Bentuk dan konstruksinya lebih sederhana dibandingkan rumah adat Minangkabau yang ada di wilayah Darek (pedalaman-red). Hal ini dipengaruhi oleh karakter dan kapasitas manusianya.
Masyarakat pesisir memiliki karakter yang lebih terbuka dan praktis, sehingga lebih mengedepankan sisi fungsional, bukan simbolisme. Selain itu, masyarakat di wilayah pesis yang menguasai teknik pertukangan atau konstruksi rumah gadang sudah sangat jarang, sehingga mempengaruhi bentuk rumah yang lebih melemahkan.
Berdasarkan informasi, Rumah Gadang Datuak Rajo Ibrahim ini dibangun sekitar tahun 1900-an. Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan ukuran 16,5 meter x 14 meter.
Bangunan hampir keseluruhannya terbuat dari bahan kayu. Bangunan ditopang oleh tiang, yang bagian bawahnya ditopang oleh batu sandi.
Tiang rumah gadang pada bagian depan mencapai tinggi 4,8 meter dan bagian tengah mencapai 7,30 meter.
Pada bagian depan bangunan terdapat tangga masuk berbahan kayu dengan 7 anak tangga. Bagian depan juga dilengkapi dengan serambi yang berlantai dan dinding kayu.
Serambi rumah memiliki lebar 2,8 meter. Pintu masuk rumah gadang ini berjumlah 2 buah, bagian depan dan belakang dengan ukuran tinggi 2,3 meter dan lebar 1,47 meter.
Pembagian ruang pada Rumah Gadang ini terdiri dari 3 ruangan, ruangan pertama memiliki lebar 3,5 meter, ruangan kedua 3,6 meter, ruangan ketiga 3,6 meter.
Ruangan pertama merupakan ruang tamu, ruangan kedua untuk pertemuan adat atau acara dilingkungan kaum Datuak Rajo Ibrahim, sedangkan ruangan ketiga merupakan derta kamar.
Pada bagian belakang bangunan ini terdapat bangunan surau yang berdempetan dengan bangunan rumah gadang. (rdr/mc)

















