“Untuk itu, perlu terus didorong peningkatan produktivitas pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi serta implementasi digital farming. Saya meminta semua pihak terus berinovasi, dan jangan sampai semua sektor pangan Sumbar mengalami kenaikan harga secara bersamaan, karena itu akan berdampak sangat besar terhadap perekonomian,” katanya.
Ada pun terkait inflasi, Gubernur Mahyeldi mengatakan sektor yang agak sulit terkendalikan di antaranya adalah kenaikan tarif transportasi udara, kenaikan harga pupuk nonsubsidi akibat langkanya pupuk bersubsidi, serta kelangkaan gas elpiji bersubsidi.
“Fluktuasi harga bahan bakar minyak nonsubsidi juga memiliki imbas besar terhadap transportasi kita,” katanya.
Oleh karenanya Mahyeldi berharap, Pertamina dapat menjelaskan bagaimana situasi dan keadaan ketersedian bahan bakar minyak hingga akhir 2023 di Sumbar.
Apalagi terkait isu rencana penghapusan bahan bakar minyak subsidi jenis pertalite dan bio solar pada tahun 2024.
“Tentu ini akan berdampak pada kenaikantarif transportasi, dan pasti akan menaikan harga komoditas, terutama pangan,” katanya.
Ia juga meminta instansi dan lembaga yang terkait dengan sektor ini agar dapat membantu, di samping mengatasi lonjakan harga tiket pesawat pada waktu-waktu tertentu, juga dapat membantu mengatasi kelangkaan bahan-bahan bersubsidi yang di pasaran.
“Termasuk mengatasi kelangkaan pupuk, perlu peningkatan pelaksanaan gerakan pertanian organik di daerah sentra pertanian serta penerapan digital farming,” tuturnya. (rdr/adv)

















