30 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sumbar, Kerugian Rp226 Miliar

Lima daerah menjadi kawasan terdapak bencana yang besar dan masif.

Kepala BNPB, Letjen Suharyanto. (Foto: Dok. BNPB)

Kepala BNPB, Letjen Suharyanto. (Foto: Dok. BNPB)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Sebanyak 30 orang di Sumatera Barat (Sumbar) dilaporkan meninggal dunia akbat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut pada Kamis hingga Jumat (7-8/3/2024).

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto saat bertemu dengan Gubernur Sumbar, Mahyeldi dan kepala daerah terdampak bencana alam.

Bencana ini cukup masif karena mengakibatkan korban jiwa 27 orang di Kabupaten Pesisir Selatan dan tiga orang di Kabupaten Padang Pariaman meninggal dunia,” katanya, Senin (11/3/2024) siang.

Suharyanto mengatakan, sebanyak 12 daerah di Sumbar merupakan kawasan terdampak bencana alam.

Dari jumlah sebanyak itu, lima daerah telah menetapkan status tanggap darurat, di antaranya, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat (Pasbar) dan Padang Pariaman.

“Lima daerah menjadi kawasan terdapak bencana yang besar dan masif,” katanya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar mentaksir kerugian sementara mencapai Rp226 miliar lebih.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, bencana banjir dan tanah longsor disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya intensitas hujan yang cukup tinggi dengan durasi lebih dari 12 jam.

“Pemprov Sumbar mentaksir kerugian sementara mencapai Rp226 miliar lebih,” katanya.

Selain korban jiwa, bencana hidrometeorologi juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur di Sumbar.

Bencana hidrometeorologi terjadi akibat saluran drainase yang kurang berfungsi dengan baik sehingga terjadi penyumbatan di beberapa titik. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan pemukiman warga yang tidak memerhatikan tata ruang wilayah.

“Dari hasil pendataan di lapangan, kami menemukan beberapa titik di kawasan longsor terjadi penggundulan hutan dan deformasi. Bangunan penahan dinding sungai rusak dan sejumlah faktor lainnya,” tuturnya. (rdr)

Exit mobile version