Galanggang Arang Pamenan Anak 2024 Resmi Ditutup

Galanggang Arang Pamenan Anak 2024. (Foto: Dok. Istimewa)

Galanggang Arang Pamenan Anak 2024. (Foto: Dok. Istimewa)

PADANG, RADARSUMBAR.COMGalanggang Arang Pamenan Anak resmi ditutup pada Kamis (22/8/2024) dengan pemutaran film bertema warisan budaya di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat (Sumbar).

Terdapat dua film yang diputar yang berjudul yaitu Lia Eeruk – Matotonan dan The Journey of Coal Mining Sawahlunto. Kegiatan tersebut diikuti berbagai komunitas anak muda yang ada di Kota Padang.

“Film Lia Eeruk – Matotonan bercerita tentang ritual masyarakat adat Mentawai untuk membersihkan atau menjauhkan diri dari segala bala atau musibah. Sedangkan The Journey of Coal Mining Sawahlunto menceritakan dengan warisan dunia kota tambang Sawahlunto,” kata Kurator Galanggang Arang, Mahatma Muhammad.

Pemutaran film ini, katanya, bertujuan sebagai media edukasi dalam bentuk visual kepada generasi muda terkait warisan budaya.

Film Lia Eeruk (2020) diputar untuk memperkenalkan salah satu entitas etnik yang ada di Sumbar.

Film tersebut diproduksi oleh Mancogu dengan sutradara Huddiyal Ilmi. Jadi Sumbar itu didiami oleh banyak etnik, salah satunya Mentawai.

Sedangkan film The Journey of Coal Mining Sawahlunto (2023) diproduksi oleh kuratorial Kaba Baro pada Galanggang Arang.

Kedua film ini merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal (Ditken) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

“Pengetahuan tentang WTBOS harus didistribusikan dengan berbagai cara. Sasarannya adalah anak muda, karena mereka yang menjadi estafet dalam kerja merawat, menjaga dan mengembangkan warisan budaya,” katanya.

Ossi Dharma, salah satu peserta pemutaran film menyampaikan dari kegiatan ini ia jadi banyak tahu tentang sejarah pertambangan Sawahlunto.

“Salah satu penyebab kenapa akhirnya dijadikan warisan dunia karena pada masanya batu bara di Sawahlunto menghidupi berbagai aktivitas yang ada di dunia,” katanya.

Pertambangan batu bara Sawahlunto, katanya, juga ternyata punya hubungan dengan pembangunan jalur perkeretaapian.

“Dan dibalik itu semua, ada fakta sejarah tentang orang rantai yang menjadi tahanan dan dipekerjakan paksa oleh Belanda,” katanya.

Helatan tersebut telah berlangsung selama enam hari mulai dari tanggal 17 hingga 22 Agustus 2024 di dua lokasi yaitu Museum Adityawarman dan Taman Budaya Sumatera Barat (TBSB).

Terdapat berbagai rangkaian kegiatan yang dilaksanakan antara lain Jelajah Galanggang Arang WTBOS, kelas bersama museum, pergelaran seni, kelas menggambar dan kerajinan tangan, kelas bermain permainan tradisional, pemutaran film serta pameran seni dan foto WTBOS.

Selama enam hari, ratusan anak dan remaja berkunjung ke pameran seni dan foto WTBOS. Mereka berasal dari puluhan sekolah di Kota Padang dan Padang Pariaman.

Di antaranya, SD IT Permata Kita, SMPN 4 Padang, SDN 04 Pasa Gadang, SDN 16 Kampung Pondok, SDN 05 Padang Pasir, SDN 44 Kalumbuk, SMAN 2 Batang Anai dan lainnya.

“Kami membawa 15 murid ke sini. Mereka selain melihat pameran juga belajar tentang apa itu Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) dan kereta api. Seluruh karya yang dipamerkan anak pada pameran ini merupakan bentuk perasaan dan pemahaman mereka tentang warisan yang sudah diakui dunia ini. Ini juga bentuk apresiasi,” kata Guru SMAN 2 Batang Anai, Maryaniyetti Liberti.

Maryaniyetii bercerita bahwa muridnya juga ikut kelas menggambar dan menulis, beberapa diantaranya yang terbaik dipamerkan. Ia berharap kegiatan semacam ini berlanjut terus dan makin banyak yang ikut terlibat di kegiatan ini

Calvin (15), siswa SMAN2 menyebutkan baru pertama kali berkunjung melihat pameran karya. Selain melihat pameran, ia juga ikut menggambar di kelas melukis dan menggambar.

“Kegiatannya seru sekali. Saya tadi menggambar situasi hutan yang ditembus oleh rel kereta api. Lalu karya saya dipilih menjadi karya terbaik, dipamerkan dan mendapat hadiah,” katanya.

Galanggang Arang Pamenan Anak dengan tema ‘Anak-Anak Sumatera Barat Merawat Warisan Dunia’ merupakan rangkaian dari program Galanggang Arang yang dirancang oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Kemendikbud Ristek.

Kegiatan tersebut difokuskan untuk anak-anak Sumbar yang bertujuan untuk memperkenalkan warisan dunia sejak dini kepada anak dengan cara dan bahasa anak. (rdr)

Exit mobile version