PADANG, RADARSUMBAR.COM – Penonton terpukau dengan penampilan tari kontemporer yang ditampilkan di Gedung Kebudayaan Sumbar, Sabtu (24/8/2024) malam.
Mata terpana ketika penari meliuk-liuk membentuk posisi tertentu dan bertepuk tangan usai penari menundukkan kepala tanda selesai.
Tari itu berasal dari tiga koreografer muda asal Sumbar yaitu Arif Agustakdir Rahman (UNP), Achmad Iqbal (ISI Padangpanjang) dan Ahmad Ghozali Idham Muttakin (ISI Padangpanjang).
Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar, Supriyadi, mengatakan, tari yang ditampilkan merupakan tari kontemporer hasil Workshop pada 2022.
“Hasil akhir dari worshop adalah karya,” ujarnya.
Karya tari kontemporer yang ditampilkan tiga koreografer tersebut idenya berasal dari kegelisahan-kegelisahan mereka.
Idham Mutattakin, misalnya, menampilkan karya tari dengan judul “Panindogat”. Menurutnya, karya ini berasal dari interpretasi dari ritual pasibitbit, yaitu ritual pengusiran roh jahat.
“Karya ini dibuat karena kecemasan saya melihat eksploitasi sumber daya alam di Mentawai tanpa memperhatikan ekosistem,” ujarnya.
Ahmad Iqbal mengangkat karya tari dengan judul “Kita adalah Saksi”. Tari ini terinspirasi dari kisah genosida Israel terhadap Palestina.
Saat memasuki panggung, penari terlihat membuang cat di atas panggung. Cat disebar ke seluruh panggung.
Cat dapat diinterpretasikan sebagai darah yang berserakan di tanah Palestina. Tiga penari kemudian menyelimuti tubuhnya dengan darah tersebut.
Ahmad Iqbal mengatakan keputusasaan, penderitaan, dan kelaparan yang dihadapi di Palestina adalah keseharian. Mereka juga terus menunggu hal-hal baik yang datang.
Arif Agustakdir menampilkan karya berjudul “Panggilan Jiwa Kekosongan.” Karya ini mengisahkan manusia modern dengan kesibukannya, namun hatinya kosong.
Maestro tari Eri Mefri turut hadir dalam penampilan “Ganggam Tari Kontemporer” ini. Dia terlihat menonton acara sampai selesai.
Eri Mefri berpesan kepada koreografer muda untuk terus berproses. Menurutnya, proses adalah jalan untuk menemukan jati diri.
“Jati diri datang dari proses yang panjang,” ujar koreografer yang sudah berlalang buana ke seluruh dunia ini.
Menurutnya, UPTD Taman Budaya adalah salah satu bagian dari proses tersebut. Ia berharap koreografer terus berkarya hingga nanti diperhitungkan. (rdr)