“Tentunya itu kami evaluasi untuk menyiapkan segala sesuatunya. Karena saya selalu menyampaikan kepada teman-teman SAR di daerah, bahwa kami harus selalu mengantisipasi dalam kondisi untuk mengatasi kemungkinan terjelek, mulai dari bencana erupsi, gempa, banjir dan lain sebagainya. Tetap kita selalu berdoa untuk diberikan yang terbaik,” katanya.
Salah satu wujud bahwa Basarnas selalu mengantisipasi kemungkinan terburuk, seperti erupsi, banjir dan bencana lainnya, kata pria kelahiran Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) tersebut, pihaknya selalu memberikan peningkatan untuk pelatihan.
“Selain juga dari murni dari anggota tetap dari Basarnas, khususnya di Kantor SAR Padang ini, kami juga selalu mendidik dan melatih, minimal Bimtek kepada rekan-rekan potensi, sukarelawan ini,” katanya.
“Yang memang pada akhirnya, tentu saya berterima kasih kepada relawan atau potensi ini yang bergabung kepada kami, karena sangat membantu pada saat operasi,” sambungnya.
Jebolan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1988 itu mengatakan, kunci keberhasilan dari suatu operasi adalah peralatan yang mumpuni dan sinergitas dengan semua pihak.
“Karena dengan secara jumlah personel, kami sangat terbatas, dengan alat peralatan bisa kami gunakan dengan semaksimal mungkin dengan pelatihan tersebut, sehingga pada saat operasi, sinergitas ini memang menjadikan suatu kunci keberhasilan kami, di sana potensi itu ada TNI, Polri, ormas kemanusiaan, dan lain sebagainya yang selama ini sudah terjalin dengan baik,” tutur pria dengan kualifikasi penerbang tempur Hawk 53 tersebut. (rdr)