“Gerindra sebagai kembang yang baru mekar ketika mampu mendudukkan ketua umumnya sebagai Presiden, ketika seseorang mendaftar ke Gerindra, pasti ada komitmen yang dibangun, wajar saja menurut saya Gerindra diperebutkan. Ini juga menguntungkan secara posisi bagi Gerindra, bahwa mereka masih punya kekuatan selain NasDem dan PKS,” katanya.
Partai Gerindra, katanya, sudah pasti mempunyai politik jangka panjang ketika mencalonkan kadernya di Pilgub Sumbar dan berpasangan dengan Mahyeldi.
“Pada Pilgub 2029 mendatang, Gerindra bisa mengusung wakilnya tersebut di Pilgub selanjutnya agar bisa berkuasa lebih banyak. Siapapun kader yang ditunjuk Gerindra, harus siap, karena ini partai, partai komando. Persoalan apakah PKS nyaman atau tidak, tentu sudah mereka antisipasi ketika Vasco Ruseimy diperintah oleh Gerindra,” katanya.
Selain itu, Prof Asrinaldi juga tidak menampik bahwa berat melawan Mahyeldi yang merupakan petahana Gubernur Sumbar jika hanya mengandalkan sosok Epyardi Asda semata.
“Kecuali ada sosok yang bisa menjadi pembeda, di Sumbar ini agak berat, kalau itu terjadi, Epyardi harus lebih rasional, dan menyerah saja. Namun kita belum bisa mengatakan, Mahyeldi berpeluang melawan kotak kosong. PKS ini butuh kursi agar bisa mencalonkan Mahyeldi, sehingga menjalin komunikasi dengan berbagai politik. Saya juga dapat informasi, NasDem juga meminta untuk berpasangan PKS di Pilgub Sumbar, pun demikian di Pilwako Padang,” katanya.
Sementara itu, ditemui terpisah, Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengaku belum tahu akan dipasangkan dengan siapa pada Pilgub 2024.
“Wah saya tidak tahu, itu keputusannya di DPP, dengan siapa saya berpasangan saya tidak tahu. Ketika dengan Gerindra, bisa saja, kenapa tidak?,” tuturnya. (rdr)