Luhur menyebut hasil pertemuan dengan pemangku kepentingan terkait pariwisata, seperti PHRI, ASITA dan pihak lain didapatkan informasi bahwa periode April-Mei 2024, okupansi hotel menurun cukup drastis hingga 45 persen.
Selain pihak yang berkaitan dengan pariwisata, Dispar Sumbar juga mengundang organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk mencari solusi persoalan penurunan pergerakan wisatawan itu.
“Dari beberapa kali pertemuan, kita merinci sejumlah langkah untuk percepatan pemulihan pariwisata Sumbar,” katanya.
Beberapa langkah yang disiapkan, di antaranya menyusun travel pattern sementara wisata aman dan nyaman di Sumbar dengan menyiapkan SOP.
Kemudian, melakukan promosi ke pasar-pasar potensial. Industri pariwisata juga diminta menyiapkan paket-paket wisata menarik.
Sementara itu, Dinas Perhubungan Sumbar akan melakukan pengawasan terhadap bus pariwisata ,sehingga wisatawan bisa merasa aman dan nyaman. “Kita juga lakukan rapat koordinasi dengan kabupaten/kota guna mengatasi persoalan ini. Kita juga sedang menjajaki kemungkinan untuk mengevaluasi surat edaran tentang larangan kegiatan dharmawisata, perkemahan, study tour agar sektor pariwisata kembali bergairah,” katanya.
Ia berharap dengan sejumlah langkah yang disiapkan itu, pergerakan wisatawan di Sumbar bisa kembali meningkat. (rdr/ant)