Prof Asrinaldi: Sulit Memindahkan Suara Orang Minang dari Prabowo ke Anies

Pengamat politik Unand, Prof Asrinaldi. (Dok. Istimewa)

Pengamat politik Unand, Prof Asrinaldi. (Dok. Istimewa)

PADANG, RADARSUMBAR.COM-Pakar politik dari Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Asrinaldi mengatakan, meski masih setahun lagi Pemilu dilaksanakan, namun perlu juga melihat gejala kemana dukungan orang Minang dalam Pemilu 2024 mendatang. Bagaimana posisi Prabowo Subianto sebagai calon presiden di mata pemilih Sumbar pascamajunya Anies Baswedan yang diusung oleh Partai Nasdem?

“Apalagi saat ini kader Partai Nasdem sedang euforia dengan pencalonan Anies ini. Apa betul Anies Baswedan merepresentasikan pilihan politik masyarakat Sumatra Barat? Bagaimana pun di Sumbar nama Prabowo Subianto masih melekat di pikiran masyarakat Sumatra Barat,” tulis dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), pada koran harian Haluan, Kamis (26/1/2023).

Asrinaldi meyakini loyalis Prabowo Subianto masih ada di Sumbar yang tetap setia mendukungnya dalam pemilihan presiden tahun depan. Memang ada anggapan bahwa Prabowo telah mengecewakan pemilih Sumbar pada Pemilu 2019 yang lalu. Ini disebabkan bergabungnya Partai Gerindra, termasuk Prabowo ke pemerintahan Jokowi di periode keduanya.

“Bagi sebagian masyarakat yang kecewa tersebut menganggap apa yang dilakukan Partai Gerindra ini ‘mengkhianati’ aspirasi mereka yang telah memberi kemenangan telak kepada Prabowo sebesar 85,95 persen suara. Walaupun di sisi lain, apa yang dilakukan Partai Gerindra, termasuk Prabowo Subianto ini adalah pilihan yang sulit,” katanya.

Bagaimana pun, tulisnya, ini adalah bagian dari politik yang harus dilakukan agar polarisasi dalam berbangsa dan bernegara tidak terjadi yang akan membahayakan NKRI. Tentu mereka yang kecewa tersebut tidak sepenuhnya menyadari realita politik ini.

“Munculnya Anies Baswedan dalam kontestasi mendatang, dalam kondisi tertentu memang akan menguntungkan Partai Nasdem. Walaupun begitu, bukan berarti pemilih Prabowo Subianto akan mudah berpindah ke Anies Baswedan. Tentu tidak sesederhana itu logikanya,” kata Prof Asrinaldi.

Dalam memahami perilaku memilih, katanya, selain orientasi kepada calon (presiden), identifikasi kepartaian dan orientasi terhadap isu-isu yang dimainkan calon (presiden) juga menjadi variabel penentu pilihan masyarakat. Jika dilihat realita politiknya, justru identifikasi kepartaian pemilih Partai Gerindra lebih kuat ketimbang Partai Nasdem. “Ini dibuktikan dengan besarnya suara yang didapatkan Partai Gerindra pada Pemilu 2019 yang lalu,” katanya.

Kerja Nyata Gerindra

Memang, sebutny, kekalahan Partai Nasdem dalam Pemilu 2019 yang lalu di Sumbar ada kaitannya dengan dukungannya kepada Jokowi. Masyarakat Sumbar tidak lagi memilih Partai Nasdem sehingga suaranya turun drastis. Banyak orang mengaitkan fenomena ini dengan efek ekor jas (coattail effects) karena diserentakannya pemilihan presiden dan anggota legislatif.

“Namun, perlu diingat bahwa variabel identifikasi kepartaian pemilih Gerindra justru sudah terbentuk jauh sebelum Pemilu 2019 dilaksanakan. Sebab Partai Gerindra sudah melembagakan partainya dan mulai mengikuti Pemilu sejak tahun 2009,” katanya.

Kata Asrinaldi, Partai Gerindra juga sudah melaksanakan beberapa fungsi partai politik dalam masyarakat sehingga dari aspek ini mereka jauh lebih unggul dari Partai Nasdem. Berbeda halnya dengan Partai Nasdem yang identifikasi kepartaiannya baru terbentuk sejak mengikuti Pemilu 2014. Bagaimana pun ini mempengaruhi proses pembentukan dukungan pemilih, khususnya di Sumatera Barat.

“Variabel lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah isu-isu yang akan mempengaruhi pilihan masyarakat Sumbar.  Isu-isu ini akan dilihat dari gaya komunikasi kedua calon presiden baik Prabowo maupun Anies dalam menyampaikan isu-isu (program) tertentu kepada masyarakat,” tulisnya.

Dia menganalisa, kedua calon ini memiliki gaya kampanye yang berbeda, namun isu-isu (program) yang akan disampaikan akan sama. Sebab segmen pemilih mereka yang notabenenya orang Minang memiliki nilai dan kepercayaan terhadap politik yang memang unik. Lalu apa yang akan membedakan kinerja komunikasi kedua calon ini?

“Tentu terletak pada kader partai politik masing-masing yang akan mengomunikasikan isu-isu yang dimunculkan oleh kedua calon presiden tersebut. Persoalannya apakah kader masing-masing partai politik tersebut dapat menyampaikannya kepada masyarakat? Karena hampir tidak mungkin, baik Prabowo maupun Anies akan terus berkampanye kepada masyarakat Sumbar. Di sinilah dibutuhkan kemampuan masing-masing kader melakukan komunikasi untuk memperkuat keyakinan pemilih Sumbar,” katanya.

Lalu kader partai mana yang unggul? Sepanjang pengamatan Asrinaldi, justru Partai Gerindra yang sangat intens melakukan komunikasi kepada masyarakat setahun terakhir. Realita ini jelas menguntungkan Partai Gerindra dalam mendapatkan dukungan masyarakat Sumbar. Efeknya tentu tidak kepada Prabowo Subianto, tapi juga kepada calon anggota legislatif mereka.

“Ini dapat dilihat dari pengalaman Pemilu 2019 yang sangat fenomenal dengan kemunculan Andre Rosiade yang terus mengkampanyekan Prabowo Subianto di Sumbar. Begitu juga dengan kader lain Gerindra di daerah pemilihan masing-masing. Dampaknya tidak hanya kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden, tapi juga pada perolehan suara kader Gerindra yang signifikan di DPRD,” katanya.

Menebak Arah Dukungan

Asrinaldi mengatakan, justru komunikasi yang dilakukan oleh Partai Nasdem terlihat belum efektif dengan hanya mengandalkan media pajang luar ruang seperti baliho bakal calon anggota legislatif mereka yang berpose dengan gambar Anies baswedan. Jelas tidak ada pesan khusus yang diterima masyarakat.

“Hal ini berbeda jauh dengan Partai Gerindra yang kader-kadernya selalu menjalin komunikasi langsung dengan konstituen mereka di daerah. Bahkan seperti Andre Rosiade yang menjadi Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar yang juga anggota DPR RI secara berkesinambungan melakukan komunikasi efektif dengan konstituennya sembari membawa bantuan yang memang dibutuhkan masyarakat. Komunikasi ini jelas sangat efektif dan akan sulit dilupakan masyarakat apalagi menjelang Pemilu mendatang,” katanya.

Dengan melihat realita di atas, tulis Asrinaldi, jelas akan sulit bagi Partai Nasdem memindahkan dukungan orang Minang dari Prabowo ke Anies. Keunggulan Partai Gerindra dengan kader-kadernya yang memang sudah teruji di tengah masyarakat tentu tidak akan membiarkan perpindahan dukungan ini terjadi.

“Bahkan kader-kader Partai Gerindra sudah mulai bekerja mengomunikasikan calon presidennya, yaitu Prabowo Subianto ke masyarakat melalui canvassing politik yang terus mereka lakukan. Sepertinya Partai Nasdem masih tetap akan menikmati euforia pencalonan Anies sambil berharap masyarakat Sumatera Barat memilih Aniesnya pada Pemilu 2024,” katanya.

Terakhir, Asrinaldi menulis, andai saja Prabowo Subianto juga datang ke Sumatra Barat dan bertemu dengan konstituennya di beberapa titik saja, tentu ceritanya akan lain. “Bukan tidak mungkin efek Prabowo yang pernah terjadi di Sumatra Barat kembali terjadi, walaupun tidak akan sedahsyat Pemilu 2019 yang lalu. Kita tunggu saja dinamikanya,” ketanya. (*/rdr)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version