PADANG, RADARSUMBAR.COM – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi menilai rute penerbangan internasional di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) berpotensi untuk dikembangkan diantaranya ke Australia dan Jeddah, Arab Saudi.
“Jumlah kunjungan wisatawan dari Australia ke Sumbar, terutama untuk surfing di Kepulauan Mentawai cukup tinggi. Selama ini mereka datang ke Sumbar melalui Bali. Kalau ada penerbangan internasional mereka bisa datang langsung ke Sumbar,” katanya di Padang, Kamis.
Ia mengatakan Kepulauan Mentawai memiliki dua titik selancar terbaik dari sepuluh titik selancar terbaik di dunia yaitu spot Lances Right dan Macaronies. Selain itu masih ada sekitar 71 titik lokasi selancar lagi yang bisa menarik minat wisatawan.
Potensi itu seharusnya bisa dikembangkan salah satunya dengan memberikan kemudahan akses seperti membuka penerbangan internasional.
Selain itu saat ini Pemprov Sumbar tengah gencar untuk melobi investor dari Arab Saudi untuk menanamkan modal di sektor pariwisata, salah satunya untuk pengelolaan pulau di Kawasan Mandeh.
“Saat musim haji itu biasanya orang Arab Saudi akan pelesiran ke luar. Kalau sudah ada investasi di Sumbar, otomatis juga akan datang ke Sumbar. Lagi-lagi akan memudahkan bila ada penerbangan internasional,” ujarnya.
Ia menyebut dalam setahun terakhir sudah beberapa kali investor dan duta besar Arab Saudi ke Sumbar dan diharapkan dalam waktu dekat akan ada yang berinvestasi.
Mahyeldi menilai dengan potensi pengembangan seperti itu posisi Bandara Internasional Minangkabau sebagai bandara internasional harus dipertahankan.
Apalagi perantau Minang tidak hanya tersebar di Indonesia tetapi juga di luar negeri seperti Australia, Malaysia, Arab Saudi, Eropa, dan Amerika. Mereka membutuhkan bandara internasional agar bisa lebih mudah untuk pulang kampung.
Sumbar juga tengah membangun kembali sektor pariwisata dengan Program Visit Beautiful West Sumatera 2023. Tanpa adanya bandara internasional upaya itu akan menghadapi kendala yang sangat berat.
Karena itu ia berharap wacana pengurangan jumlah bandara internasional di Indonesia seperti yang disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir harus dilakukan melalui kajian yang mendalam, melibatkan daerah, memperhatikan rencana pengembangan ke depan, dan terutama mempertimbangkan pendapatan daerah.
Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan wacana untuk mengurangi jumlah bandara internasional di Indonesia dari 32 bandara menjadi 14-15 bandara saja guna meningkatkan pergerakan domestik dan meningkatkan mobilitas perjalanan wisata dalam negeri. (rdr/ant)