PADANG, RADARSUMBAR.COM – Dalam rangka meningkatkan SDM Imam dan Takmir Masjid, Kanwil Kemenag Sumbar menggelar kegiatan pembinaan yang dikemas dalam dua kegiatan berbeda di waktu yang bersamaan.
Kegiatan ini dibuka Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatra Barat (Kemenag Sumbar) Helmi didampingi Kepala Bidang Urusan Agama Islam Edison dan Tim Kerja Kemasjidan Yusran Lubis, Selasa (7/3/2023) malam di Axana Hotel.
Kegiatan ini menghadirkan 90 peserta peserta untuk kegiatan imam dan takmir masjid.
Dalam kesempatan itu Helmi mengisahkan ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah, tugas pertamanya adalah membangun masjid yakni Masjid Nabawi. “Dari masjid inilah dibangun semua perencanaan program keagamaan,” ujar Kakanwil.
Dijelaskan lagi, ada banyak perencanaan yang bisa dilakukan dari masjid. Selain membangun komunitas umat muslim dan yang pasti adalah membangun tempat pelaksanaan ibadah keagamaan.
“Dahulu pada zaman kenabian, masjid dijadikan tempat pertemuan dengan para sahabat. Selain itu juga sebagai pusat informasi bagi masyarakat, tempat bermusyawarah dan tempat memecahkan suatu masalah,” ulas Helmi.
Kemudian kata Helmi, masjid juga dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan sosial melalui pengumpulan infak, sedekah, zakat, wakaf dan lainnya. Lalu sebagai tempat dakwah dan menimba ilmu melalui majelis.
Ia mengajak, pengurus dan imam masjid untuk ikut menyosialisasikan moderasi beragama sebagai program prioritas Kementerian Agama.
“Dari masjid ini juga kita bangun kekuatan moderasi beragama, kajian kebangsaan, toleransi dan indahnya kebersamaan. Melalui ceramah kita bisa menyosialisasikan makna moderasi beragama itu sendiri,” terang Helmi.
Menurut Helmi, masjid merupakan tempat yang strategis dalam mendakwahkan bahwa islam itu wasathiyah (berimbang), Islam yang menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi.
Keberadaan imam masjid katanya, tak kalah penting dalam sebuah masjid karena masjid yang mempunyai imam yang bacaannya bagus, maka jemaahnya juga akan merasa khusuk dan nyaman melaksanakan shalat.
“Imam dalam konteks shalat sebaiknya memenuhi beberapa kriteria, memiliki bacaan dan suara yang bagus, memiliki akhlakul karimah, sebagai panutan bagi ummat, dan tempat bertanya bagi masyarakat tentang masalah agama,” tutup Helmi. (rdr)