Tradisi itu berlanjut saat anak telah lahir ke dunia. Salah satunya dalam bentuk permainan tradisional di antaranya bermain ciluk-ba, tepuk ambai-ambai, mendendangkan, meninabobokan anak dan lainnya di lingkungan keluarga untuk merangsang pertumbuhan fisik, motorik, kecerdasan, dan sosial anak.
Saat itu ibu juga mulai menanamkan prinsip moral kepada anak agar mulai belajar salah dan benar berdasarkan adat budaya dan agama.
Dengan demikian, pondasi anak akan terbentuk sehingga tidak mudah terpengaruh pada hal-hal yang negatif.
Raudha Thaib mengatakan salah satu peran perempuan Minangkabau berada pada basis moral yang mengawal dan bertahan pada nilai-nilai, norma-norma, kepatutan dan kepantasan, tidak hanya di dalam keluarga inti tetapi juga lebih luas di dalam kaum.
Hal itu dimungkinkan karena peran dan posisinya yang tinggi di dalam adat Minangkabau sebagai Mande Sako.
Membangkit kembali peran perempuan Minangkabau salah satunya dengan menghidupkan tradisi “manjujai.
Ini akan mengembalikan generasi emas yang pernah malang melintang tidak hanya di pentas nasional tetapi juga Internasional. (rdr/ant)