PADANG, RADARSUMBAR.COM – Prabowo Subianto kembali unggul dalam hasil survei calon Presiden (Capres) yang dilakukan lembaga Indikator Politik Indonesia di Sumatra Barat (Sumbar) per 26 Juni-10 Juli 2023. Prabowo mengalahkan Anies Baswedan dan jauh meninggalkan Ganjar Pranowo yang bersaing di tiga besar dalam hasil nasional.
Hal itu terungkap dalam pemaparan risil survei yang dilakukan Indikator, Kamis (3/8/2023) siang melalui aplikasi Zoom. Turut hadir peneliti utama Indikator Burhanuddin Muhtadi PhD, peneliti senior Indikator Politik Indonesia Dr Rizka Halida, pakar komunikasi politik Effendi Gazali PhD, Direktur Survei Spektrum Politika Andri Rusta SIP MPP, dosen Ilmu Politik FISIP Unand Padang Ilham Aldelano Azre SIP MA dan moderator peneliti Indikator Bawono Kumoro.
Burhan menyebutkan, survei yang dilakukan dengan mengambil sampel yang cukup. Bahkan kalau digabung di dua Dapil Sumbar (1 dan 2), mencapai 1.620 responden. Sebanyak 810 responden pada masing-masing Dapil. “Kalau analisis by Dapil, margin of eror 3,5 persen. Gabungan margin of eror Sumbar 1 dan Sumbar 2, jadi kecil 2,7 persen,” kata Burhan.
Berbeda dengan banyak survei lainnya yang mulai menggunakan telepon, Burhan menyebut, survei Indikator digelar secara tatap muka. Meski dia tak menampik mayoritas warga sudah memiliki handphone (HP). “Kami tetap wawancara tatap muka. Bahkan, quality control atau pengontrolan kualitas dilakukan dengan 20 persen kembali dikunjungi oleh supervisor. Kami tak temukan kesalahan berarti. Ini bagian dari pertanggungjawaban kami. Bisa dilakukan cek gender dan lainnya,” sebut Burhan.
Hasilnya, kata Burhan, baik secara top of mind, tiga calon dan dua calon atau head to head, Prabowo Subianto unggul di Sumbar. Secara top of mind, Prabowo unggul 42,8% disusul Anies Baswedan 34,6% dan Ganjar Pranowo hanya 3,9%. Sementara nama-nama lain masih rendah. Sedangkan yang tidak tahu dan belum menjawab hanya sekitar 17,5% saja.
“Secara statistik, angka itu jauh berubah dari survei kami sebelumnya pada Januari 2023. Dimana saat itu, Anies Baswedan unggul dengan 37% berbanding 24,8% Prabowo Subianto. Sementara Ganjar saat itu tidak jauh berbeda, 4,9%. Artinya, terjadi kenaikan signifikan sekitar 18% Prabowo dan terjadi penurunan signifikan Anies Baswedan sekitar 2,4%. Sementara Ganjar tidak berubah signifikan,” kata Burhan.
Sementara pada survei tiga nama, kata Burhan, Prabowo mendapatkan suara 48% unggul atas Anies yang hanya 39,5%. Sedangkan Ganjar 6,2% dan belum menjawab 6,2%. Angka ini juga berubah signifikan dari Januari 2023 di mana Anies 49,6%, Ganjar Pranowo 7,7% dan Prabowo Subianto 33,9%. Yang belum menjawab juga masih 8,7%.
“Untuk simulasi dua nama, Prabowo juga masih unggul dari Anies. Prabowo 49,2% unggul atas Anies 42,3%, belum menjawab 8,5%. Angka ini juga berubah dari Januari 2023 di mana saat itu Anies Baswedan 51,5% dan Prabowo baru di angka 36,6%. Saat itu yang belum menjawab di angka 12%. Kalau dibandingkan dengan Ganjar, simulasi dua namanya, Prabowo dan Anies jauh lebih unggul,” katanya.
Burhan mengatakan, Indikator juga mencoba memasangkan Capres dengan Cawapres mereka seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Khofifah, Agus Harimurti Yudhoyono dan lainnya, hasilnya tidak berubah signifikan. “Artinya, orang Sumbar tidak terlalu terpengaruh dengan Cawapres. Dan yang bertarung itu tinggal Prabowo dan Anies saja, mas Ganjar jauh,” katanya.
Burhan menyampaikan, meningkatnya elektabilitas Prabowo Subianto karena keberhasilannya memulihkan dukungan warga Sumatra Barat. “Pak Prabowo berhasil memulihkan dukungan pemilih warga Sumbar, tapi lagi-lagi perjalanan masih jauh,” katanya.
Selain itu, dia menyebut ada kerja keras Ketua DPD Sumbar Gerindra Andre Rosiade yang membuat elektabilitas Prabowo meningkat. Selain itu, Prabowo juga disebut mampu memulihkan elektabilitasnya setelah di Januari sempat turun drastis.
“Mungkin berkat tim solid, Bung Andre sebagai komandan lapangan kerja keras, ya terpotret dalam survei, terkonfirmasi, tapi lagi-lagi perjalanan masih jauh. Yang menarik buat saya, Anies unggul signifikan di Januari 2023. Ternyata di Juli 2023 ada perubahan. Ini bukti masuknya Pak Prabowo ke Pemerintahan Pak Jokowi meski sempat berefek negatif ke Pak Prabowo di Januari, tetapi perlahan tapi pasti Pak Prabowo mampu pulihkan elektabilitasnya,” katanya.
Burhan menyebut, Indikator sengaja mengundang tokoh Minang di tingkat nasional Efendi Gazali untuk melihat potensi elektoral jelang Pemilu 2024 di Sumbar. “Buat media apa sih utamanya Sumbar di banding lain? Bagi kami Indikator, umumnya kami rilis survei nasional, meski banyak punya survei Provinsi dan Kabupaten Kota. Jarang sekali undang media. Sudah 5.000-an kali kami survei sejak 2003, jarang kami diskusikan. Biasanya cuma sebar pers rilis,” katanya.
Kata Burhan, daerah yang dibuatkan diskusi semacam ini, selain Sumbar hanya ada DKI Jakarta. “Jadi, Sumbar ini levelnya DKI Jakarta. Jabar pun kita tidak rilis secara publik. Apa yang menarik? Pertama, daya tariknya bukan dari sisi statistik jumlah pemilih. Kalau dari sisi itu, pemilihnya tidak masuk 10 provinsi dengan populasi besar. Kalau itu, Jabar, Jatim, Jateng, Sumut, DKI Jakarta, Banten, Sumsel, Lampung dan Sulsel jadi yang terbesar. Sumbar bukan bagian daerah dengan pemilih besar,” katanya.
Namun, sebutnya, secara historis Sumbar sangat besar peranannya di kancah nasional. Banyak sekali tokoh Sumbar di nasional, seperti M Hatta, Syahrir, Hamka, Agus Salim dan lainnya. “Sampai hari ini berlanjut di pemerintahan, akademisi, termasuk tokoh NGO dan civil society dari Sumbar banyak. Itu yang membuat kita mengangkat Sumbar, apakah ada korelasinya dengan tingkat nasional atau tidak,” katanya.
Selain itu, katanya, minimal dari dua Pilpres 2014 dan 2019 di Sumbar, adalah basis kekuatan oposisi dari Pemerintahan Jokowi. “Kalau kita lihat dua Pilpres terakhir, Sumbar bukan lumbung suara Pak Jokowi. Pendukung kuat Pak Prabowo. Bagaimana konstelasi Sumbar pasca-Prabowo gabung Jokowi di pemerintahan? Apakah ada perubahan karena bagian dari Jokowi, ataukah stabil dan tak ada perubahan, ini yang menarik,” katanya.
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali mengatakan, Sumbar menarik, selain masyarakat egaliter, juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh nasional. Hasil di Sumbar ini sejalan dengan yang terjadi di tingkat nasional. Efendi mencatat, keunggulan Prabowo adalah cerminan dari seberapa rajin tokoh-tokoh partai ini berkolaborasi dengan daerah. Mau turun ke derah.
“Apalagi kita melihat di Sumbar, ada nama yang cukup sering disinggung yaitu Ketua Gerindra Sumbar Andre Rosiade. Di Sumbar begitu banyak balihonya, besar-besar. Saya lihat baliho Prabowo Subianto dan Andre Rosiade cukup banyak, bersaing dengan Anies bersama tokoh-tokoh lokal. Bahkan, Andre sudah seperti Cawapresnya Prabowo. Tapi tentu itu bukan soal baliho saja, tapi juga bagaimana kerja-kerja mereka di Sumbar,” katanya.
Naiknya survei Prabowo kembali, kata Efendi, dapat dikaitkan dengan temuan di lapangan, yaitu kerja keras semua elemen. Turun ke daerah, berkolaborasi dengan mesin partainya di daerah. “Saya rasa Andre Rosiade mencatat betul, dia pasti ingin lebih tinggi. Komunikasi politiknya strategis sekali. Sama seperti di tingkat pusat. Pak Jokowi sama Ganjar mungkin bersama sekali, tapi sama Prabowo empat kali,” katanya.
Poin lainnya, kata Efendi, dengan naik kembalinya survei Prabowo, artinya orang yang sempat marah kepada Prabowo karena bergabung dengan Jokowi mulai menurun. “Orang Sumbar marah, tapi apakah dendam atau tidak. Kenapa Capres kami masuk pemerintahan, jadi Menteri Pertahanan. Mereka marah 2019. Seiring dengan perjalanan waktu, yang marah terpecah dua. Ada yang masih dendam, ada yang sudah berubah. Tidak menjadi dendam berkepanjangan. Orang egaliter punya sikap jelas,” katanya.
Efendi juga mencermati, naiknya dukungan generasi muda kepada Prabowo yang signifikan. “Mungkin saja mereka begitu memahami apa yang disajikan Prabowo dan Andre Rosiade di Sumbar. Di medsos, tim Prabowo di pusat atau daerah kuat. Golongan muda lebih gampang ke Prabowo. Dengan usaha tim Prabowo dan Andre, mereka mampu bertarung, khususnya media, medsos dan mulut ke mulut, berhasil. Kalau mulut ke mulut, orang Sumbar itu lebih pandai dengan carito lapau. Lebih hebat dari kantor berita manapun. Semua komplit di situ,” katanya.
Efendi mengucapkan selamat kepada Gerindra, Andre Rosiade, Tim 08 (Prabowo) dan timnya yang sudah berhasil mengejar ketertinggalan. Tiba-tiba menjadi terdepan. “Bahkan, kalaupun MK mengabulkan soal batas umur Capres-Cawapres dan Gibran masuk jadi wakil Presiden, tidak akan berpengaruh di Sumbar. Jadi, orang Sumbar tak perlu menunggu MK, walau Prabowo membawa Gibran jadi Cawapres,” katanya
Dosen FISIP Unand Ilham Aldelano Azre menyebut, luar biasa Sumbar, langsung dua peneliti yang menyampaikan hasil survei, Burhan dan Rizka Halida. Artinya, Sumbar penting untuk Indikator. Naiknya kembali survei Prabowo juga mendapatkan catatan, karena beberapa hal.
“Kemungkinan karena kader-kader atau anggota DPR-nya bekerja nyata di tengah masyarakat berakibat beda elektabilitas Prabowo dan Caleg. Apalagi Prabowo sebelumnya datang ke Sumbar sebulan sebelum survei dilaksanakan. Ini membawa perubahan luar biasa. Ini berpengaruh juga. Ini berdampak signifikan,” katanya.
Azre juga melihat, tim Anies Baswedan kurang pandai menjaga momentum suara yang sudah tinggi di awal 2023. “Kita melihat, apakah mereka benar tidak mampu menjaga suara yang telah ada. Kalau simulasi presiden ini, hanya 17 persen lagi yang menyatakan tidak tahu atau belum menentukan pilihan. Artinya masyarakat Sumbar sudah menentukan pilihan. Yang akan terjadi perang Anies dan Prabowo. Siapa yang saling curi suara ke depan. Meski angka yang tinggal itu tidak bisa berpengaruh. Mungkin yang dilihat adalah strong voternya lagi, apakah masih bisa berubah pilihan atau tidak,” katanya.
Direktur Survei Spectrum Politika Andri Rusta menyebutkan, Sumbar punya diferensiasi dalam dua Pilpres dari nasional. Apakah trennya kembali, akan dilihat di 2024. Survei Prabowo naik dari Januari ke Juli, sementara Anies turun dan Ganjar tetap. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu, kemungkinan karena kedatangan Prabowo ke Sumbar sebelum survei.
“Karena survei dilakukan dekat dengan kedatangan Prabowo ke Sumbar. Bahkan di beberapa tempat, Pak Prabowo datang disambut masyarakat. Juga mengundang para tokoh dan menjelaskan alasan bergabung dengan Jokowi. Tidak berkhianat, tapi demi menyelamatkan bangsa. Ini mungkin berdampak kepada preferensi masyarakat terhadap Prabowo,” katanya.
Hal lainnya, karena kerja-kerja dari partai pendukung, utamanya Gerindra. Karena linear antara hasil survei Pileg dan Pilpres. Baik DPR RI dan DPRD Sumbar. “Berbanding terbalik dengan partai pengusug lain. Ada Caleg yang hanya berharap coattail effect Capres saja, tapi tidak berdampak kepada Capresnya. Tidak disadari, Bacaleg ini tidak menambah suara Capres dan partai, tapi hanya mendapat dampak dari Capres saja.
“Kita melihat, Prabowo dan Anies sudah memenuhi eskpektasi orang Sumbar memilih pemimpin berdasarkan tokoh, takah dan tageh. Secara umum Prabowo dan Anies masih imbang di Sumbar. Pak Ganjar mungkin sudah diabaikan. Dinamika politik di Sumbar masih dinamis. Jangan hanya euforia saja di masyarakat. Tapi harus mampu menjaga momentumnya,” kata Andri. (rdr)