“Wilda tidak hanya melakukan pengolahan sampah yang berguna bagi lingkungan hidup, tetapi juga bisa menghasilkan miliaran rupiah dari kerja pengolahan itu. Kami berharap Wilda bisa berbagi pengalaman dengan seluruh DLH di kabupaten-kota di Sumbar sehingga terbuka cakrawala berfikir yang lebih luas dalam pengolahan sampah ini,” katanya.
Sementara itu Wilda Yanti mengaku sangat terbuka untuk berbagi ilmu dengan semua DLH di Sumbar. Ia bahkan bersedia untuk memberikan pendampingan bagi daerah yang mau untuk melakukan pengolahan sampah.
Ia menawarkan, sistem bank sampah bertingkat pada semua kabupaten dan kota. Mulai dari bank sampah unit di tingkat kecamatan, bank sampah induk di tingkat kabupaten dan kota dan bank sampah regional di tingkat provinsi.
Menurutnya dengan sistem bank sampah, pengelola memberikan insentif bagi masyarakat yang mau untuk memilah sampah anorganik dan organik di tingkat rumah tangga sehingga lebih mudah diolah di bank sampah.
Sampah anorganik seperti plastik dan besi, mempunyai nilai ekonomi karena dapat didaur ulang sementara sampah yang organik bisa diolah menjadi kompos atau menjadi makanan bagi budi daya cacing tanah dan maggot.
Kompos berguna untuk pupuk pertanian sementara cacing dan maggot itu menjadi alternatif pakan bagi unggas dan ikan. (rdr/ant)