Sumbar Datangkan “Ratu Sampah”, Ini Tujuannya

Selama ini Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Sumbar masih menggunakan sistem control landfill bahkan masih ada yang sistem open dumping meski sudah ada larangan.

Tumpukan sampah terlihat di salah satu sudut Kota Padang. (Foto: Dok. Istimewa)

Tumpukan sampah terlihat di salah satu sudut Kota Padang. (Foto: Dok. Istimewa)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumatera Barat memotivasi kabupaten dan kota agar melakukan pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomi sehingga pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak hanya dengan sistem control landfill dan open dumping.

“Selama ini Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Sumbar masih menggunakan sistem control landfill bahkan masih ada yang sistem open dumping meski sudah ada larangan. Ke depan kami berharap sampah di daerah bisa diolah,” kata Kepala DLH Sumbar, Tasliatul Fuaddi, Jumat (12/1/2024) siang.

Ia menyebut sistem control landfill hanya membuang sampah di TPA, diratakan kemudian ditimbun secara berulang kali. Tidak ada proses pengolahan pada sistem ini.

Menurutnya sistem itu menyimpan bahaya karena timbunan sampah tersebut bisa menghasilkan gas metana yang mudah terbakar bahkan bisa meledak.

Sedangkan sistem open dumping dinilai lebih parah karena hanya membuang dan menumpuk sampah di tempat terbuka.

Ia mengatakan, untuk mendorong daerah agar mau berbenah dan mulai melakukan pengolahan terhadap sampah, DLH Sumbar juga menghadirkan Chief Executive Officer (CEO) PT Xaviera Global Synergy, Wilda Yanti yang dijuluki sebagai ‘Ratu Sampah Indonesia’.

Wilda merupakan salah satu sosok aktif di bidang lingkungan hidup dengan pengolahan sampah melalui sistem bank sampah.

“Wilda tidak hanya melakukan pengolahan sampah yang berguna bagi lingkungan hidup, tetapi juga bisa menghasilkan miliaran rupiah dari kerja pengolahan itu. Kami berharap Wilda bisa berbagi pengalaman dengan seluruh DLH di kabupaten-kota di Sumbar sehingga terbuka cakrawala berfikir yang lebih luas dalam pengolahan sampah ini,” katanya.

Sementara itu Wilda Yanti mengaku sangat terbuka untuk berbagi ilmu dengan semua DLH di Sumbar. Ia bahkan bersedia untuk memberikan pendampingan bagi daerah yang mau untuk melakukan pengolahan sampah.

Ia menawarkan, sistem bank sampah bertingkat pada semua kabupaten dan kota. Mulai dari bank sampah unit di tingkat kecamatan, bank sampah induk di tingkat kabupaten dan kota dan bank sampah regional di tingkat provinsi.

Menurutnya dengan sistem bank sampah, pengelola memberikan insentif bagi masyarakat yang mau untuk memilah sampah anorganik dan organik di tingkat rumah tangga sehingga lebih mudah diolah di bank sampah.

Sampah anorganik seperti plastik dan besi, mempunyai nilai ekonomi karena dapat didaur ulang sementara sampah yang organik bisa diolah menjadi kompos atau menjadi makanan bagi budi daya cacing tanah dan maggot.

Kompos berguna untuk pupuk pertanian sementara cacing dan maggot itu menjadi alternatif pakan bagi unggas dan ikan. (rdr/ant)

Exit mobile version