Panen Durian, Warga Agam Diimbau Waspadai Serangan Satwa Liar

"Ini berdasarkan tanda keberadaan berupa jejak kaki dan cakaran yang kita temukan. Konflik itu terjadi selama satu minggu lalu"

LUBUK BASUNG, RADARSUMBAR.COM – Wakil Bupati Agam, Sumatera Barat Irwan Fikri mengimbau warga untuk berhati-hati saat berada di kebun untuk memanen buah durian, agar tidak diserang satwa liar dan dilindungi, karena beruang madu mencari makan di lahan perkebunan.

“Warga berhati-hati dan pergi ke kebun harus secara bersama-sama atau lebih dari satu orang, agar saat diserang satwa liar ada yang membantu,” katanya di Lubukbasung.

Selain berhati-hati, tambahnya, warga diminta untuk tidak mengambil langkah langsung membunuh satwa tersebut apabila ditemukan, karena satwa itu dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Namun warga harus melaporkan kejadian itu ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui wali jorong, wali nagari dan aparat lainnya untuk menangani satwa itu. “Kita harus mengikuti petunjuk dari BKSDA untuk menangani satwa itu dan jangan ambil langka membunuh satwa tersebut,” katanya.

Ia menambahkan, saat musim durian ini satwa liar berupa beruang madu atau Helarctos malayanus keluar dari hutan untuk mencari makan ke kebun warga. Ini akibat persediaan makanan di hutan tersebut sudah menipis dan habitat satwa itu sudah berkurang.

“Ini salah satu penyebab beruang madu masuk ke perkebunan warga di Nagari Bayua dan Duo Koto, Kecamatan Tanjungraya,” katanya.

Pemda Agam siap memberikan dukungan dan berkoordinasi dengan BKSDA dalam menanggani konflik antara manusia dan satwa, karena satwa itu merupakan tangungjawab bersama. Sementara itu, Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra mengakui saat ini pihaknya sedang menanggani empat konflik manusia dengan satwa dilindungi.

Konflik itu antara manusia dan macan dahan (Neofelis diardi) di Nagari Duo Koto, konflik manusia dan beruang madu (Helarctos malayanus) di Nagari Duo Koto, Kecamatan Tanjungraya. Selain itu konflik manusia dan beruang madu (Helarctos malayanus) di Nagari Bayua, Kecamatan Tanjungraya, konflik tapir (Tapirus indicus) di Nagari Matur Mudik, Kecamatan Matur.

“Ini berdasarkan tanda keberadaan berupa jejak kaki dan cakaran yang kita temukan. Konflik itu terjadi selama satu minggu lalu,” katanya. Resor KSDA Agam telah memasang kamera jebak di Nagari Duo Koto, untuk mengambil gambar visual dalam memastikan satwa itu.

Sementara di Bayua, Resor KSDA Agam memasang kandang jebak dan kamera jebak, karena beruang madu di daerah itu sudah sering muncul. “Untuk di Matur Mudiak, kita hanya melakukan pemantauan secara berkala, karena kemunculan tapir itu berdekatan dengan kawasan hutan Cagar Alam Maninjau dengan jarak 250 meter,” katanya. (ant)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version