Ia menambahkan, Pemnag Pasia Laweh telah menyiapkan 10 warga yang bakal dilatih BKSDA dalam penanganan konflik satwa.
Ke 10 warga yang dipilih itu merupakan orang yang terlibat langsung saat penanganan konflik satwa di daerah itu. “Keberadaan mereka bisa membantu BKSDA dalam penanganan konflik manusia dengan satwa liar,” katanya.
Sementara Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau, Ade Putra menambahkan setelah dilakukan pemantauan baik di lapangan maupun drone thermal milik Yayasan Sintas Indonesia dalam beberapa hari, satwa sudah tidak terlihat di pemukiman maupun di lahan warga.
Dengan kondisi itu, BKSDA Sumbar, Pemnag Pasia Laweh dan masyarakat menyepakati penghentian sementara penanganan konflik.
Untuk monitoring, BKSDA telah memasang empat unit kamera trap di berbagai titik di lokasi itu. “Kita bakal turun kembali ke lokasi apabila ada laporan kemunculan satwa di daerah itu,” katanya. (rdr/ant)