Penanganan Konflik Satwa Liar di Pasia Laweh Agam sementara Dihentikan, Ini Penyebabnya

Petugas BKSDA Sumbar, Yayasan Sintas Indonesia dan Pemerintah Nagari Pasia Laweh. (Antara/yusrizal)

LUBUKBASUNG, RADARSUMBAR.COM – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat bersama Pemerintahan Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam menyepakati untuk menghentikan sementara waktu penanganan konflik satwa liar berupa harimau sumatera di daerah itu.

Wali Nagari Pasia Laweh, Zul Arifin di Lubukbasung, Senin, mengatakan penanganan konflik dihentikan untuk sementara waktu, karena upaya yang dilakukan BKSDA Sumbar, Yayasan Sintas Indonesia dan Pagari mulai dari identifikasi lapangan, pemasangan kandang jebak, kamera trap dan drone thermal tidak menemukan tanda keberadaan satwa itu.

“Saya mengapresiasi cukup tinggi kepada BKSDA Sumbar khusus Resor Maninjau yang telah melakukan penanganan konflik selama tujuh hari di Tabuh-tabuh, Jorong Palupuh,” katanya.

Ia mengatakan, penanganan itu dilakukan secara bersama-sama warga sekitar dengan mengusung satu konsep warga selamat dan satwa terjaga dengan baik.

Namun ia mengimbau warga tidak melakukan aktivitas sendiri di kebun, melakukan aktivitas pada 10.00 WIB sampai 16.00 WIB, tidak mengembalikan ternak di kebun dan lainnya. “Ini harus dilakukan warga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Ia menambahkan, Pemnag Pasia Laweh telah menyiapkan 10 warga yang bakal dilatih BKSDA dalam penanganan konflik satwa.

Ke 10 warga yang dipilih itu merupakan orang yang terlibat langsung saat penanganan konflik satwa di daerah itu. “Keberadaan mereka bisa membantu BKSDA dalam penanganan konflik manusia dengan satwa liar,” katanya.

Sementara Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau, Ade Putra menambahkan setelah dilakukan pemantauan baik di lapangan maupun drone thermal milik Yayasan Sintas Indonesia dalam beberapa hari, satwa sudah tidak terlihat di pemukiman maupun di lahan warga.

Dengan kondisi itu, BKSDA Sumbar, Pemnag Pasia Laweh dan masyarakat menyepakati penghentian sementara penanganan konflik.

Untuk monitoring, BKSDA telah memasang empat unit kamera trap di berbagai titik di lokasi itu. “Kita bakal turun kembali ke lokasi apabila ada laporan kemunculan satwa di daerah itu,” katanya. (rdr/ant)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version