ia mengakui, luas panen berkurang dibandingkan luas tanam pada 2022, sehingga berdampak terhadap produksi jagung. Ini pengaruh curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu, sehingga produksi jagung berkurang. “Ini salah satu penyebab dari kurangnya produksi jagung di Agam,” katanya.
Salah seorang petani jagung di Agam, Riki Alexsander menambahkan, produksi jagung berkurang juga akibat pemberian pupuk, karena harga pupuk cukup tinggi dari Rp160 ribu per goni dengan berat 50 kilogram dan sekarang dengan harga Rp245 ribu per goni.
“Dengan harga pupuk naik, maka saya hanya sedikit memberikan pupuk, sehingga berdampak terhadap produksi,” katanya.
Biasanya, produksi jagung miliknya sekitar 2,5 ton dengan luas satu hektare, namun dengan kondisi pemberian pupuk berkurang sehingga produksi haya 1,3 ton. Jagung itu dipasarkan ke Kabupaten Limapuluh Kota untuk peternakan ayam dengan harga Rp3.500 per kilogram. (rdr/ant)