Rusdiyan berharap dengan adanya pelatihan dan pembentukan ini akan terwujud nagari ramah harimau dan dapat menciptakan kondisi masyarakat yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang dengan satwa.
Selain itu, ujarnya dapat secara mandiri dalam melakukan penanganan awal konflik harimau Sumatera di wilayah nagarinya.
“Konflik yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian yang luar biasa dari kedua pihak yakni alam dengan harimau Sumatera dan manusia tentunya,” katanya.
Sementara Wali Nagari Panti Selatan, Didi Al Amin mengucapkan terimakasih kepada BKSDA Sumbar, COP dan Yayasan SINTAS Indonesia yang telah memberikan ilmu dan bekal bagi masyarakat Panti Selatan dalam menjaga alam dan satwa di daerah itu.
“Besar harapan kami tertumpang pada peserta yang telah diberikan pelatihan untuk menjaga alam dan satwa di daerah itu,” katanya.
Ia mengatakan Nagari Panti Selatan berada di sekitar kawasan hutan yang berpotensi adanya konflik manusia dengan satwa.
Untuk itu, dibutuhkan suatu lembaga tersebut, sehingga menjadi perpanjangan tangan BKSDA Sumbar, COP dan Yayasan SINTAS Indonesia. (rdr/ant)