LUBUKBASUNG, RADARSUMBAR.COM – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat bersama Centre for Orangutan Protection (COP) dan Yayasan SINTAS Indonesia melatih sekelompok warga Nagari Panti Selatan, Kabupaten Pasaman, dalam menangani konflik manusia dengan satwa.
Ketua Tim Pelaksana dari BKSDA Sumbar, Rusdiyan P Ritonga di Lubukbasung, Rabu mengatakan pelatihan penanganan konflik itu bagi 10 peserta yang berasal dari Nagari Panti Selatan dan langsung pembentukan Tim Patroli Anak Nagari (PAGARI) di Nagari Panti Selatan.
“Mereka dipilih dan ditunjuk Wali Nagari Panti Selatan dan nagari tersebut karena sering muncul satwa jenis harimau Sumatera, bahkan pernah direkam warga setempat dengan menggunakan telpon genggam miliknya awal 2023. Seperti di lokasi pernah munculnya harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) pada 10-12 April 2023,” katanya.
Ia mengatakan, selama pelatihan para peserta diberikan pengetahuan meliputi teori dan praktek tentang mitigasi konflik satwa liar, patroli perlindungan dan pengamanan hutan, monitoring satwa, navigasi darat dan penggunaan camera trap.
Pada hari ketiga dilaksanakan simulasi pelaksanaan patroli dan simulasi penanganan konflik antara manusia dan satwa liar, katanya.
“Simulasi dalam kondisi sebenarnya dan peserta diminta untuk menangani sesuai materi yang diperoleh. Mereka juga didukung dengan peralatan dari COP,” katanya.
Ia menambahkan, narasumber dan instruktur dalam kegiatan pembentukan Tim PAGARI ini berasal dari BKSDA Sumbar, COP dan Yayasan SINTAS Indonesia.
Pelatihan dan pembentukan Tim PAGARI ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman dan dapat hidup berdampingan dengan satwa liar khususnya harimau Sumatera ,
Rusdiyan berharap dengan adanya pelatihan dan pembentukan ini akan terwujud nagari ramah harimau dan dapat menciptakan kondisi masyarakat yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang dengan satwa.
Selain itu, ujarnya dapat secara mandiri dalam melakukan penanganan awal konflik harimau Sumatera di wilayah nagarinya.
“Konflik yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian yang luar biasa dari kedua pihak yakni alam dengan harimau Sumatera dan manusia tentunya,” katanya.
Sementara Wali Nagari Panti Selatan, Didi Al Amin mengucapkan terimakasih kepada BKSDA Sumbar, COP dan Yayasan SINTAS Indonesia yang telah memberikan ilmu dan bekal bagi masyarakat Panti Selatan dalam menjaga alam dan satwa di daerah itu.
“Besar harapan kami tertumpang pada peserta yang telah diberikan pelatihan untuk menjaga alam dan satwa di daerah itu,” katanya.
Ia mengatakan Nagari Panti Selatan berada di sekitar kawasan hutan yang berpotensi adanya konflik manusia dengan satwa.
Untuk itu, dibutuhkan suatu lembaga tersebut, sehingga menjadi perpanjangan tangan BKSDA Sumbar, COP dan Yayasan SINTAS Indonesia. (rdr/ant)