Pihaka pengelola tidak memungut biaya masuk ke pengunjung saat memasuki area perkebunan dan cukup hanya membayar parkir bagi yang memiliki kendaraan.
Warga setempat diketahui mulai bercocok tanam Stroberi sejak sekitar 2013 yang dikelola secara mandiri hingga mampu menghasilkan tambahan penghasilan melalui penjualannya yang merambah hingga ke luar daerah.
Buah Stroberi itu kemudian banyak dipesan melalui permintaan dari media sosial yang terlebih dulu diseleksi setelah dipetik sebelum dikirimkan.
Awalnya, kebun stroberi milik Pak Dadang hanya berjumlah 1.600 batang dari pembibitan awal yang hanya 17 batang dan susah dipasarkan.
Meskipun sudah memiliki pelanggan tetap, warga setempat sangat terbuka jika ada masyarakat yang ingin menikmati sensasi memetik Stroberi langsung dari batangnya di kebun.
“Sangat bagus, udara sejuk dan ramah anak, sekaligus wisata edukasi pertanian bagi anak, buahnya pun rasanya enak manis tidak kalah dari Stroberi daerah lain,” kata seorang pengunjung, Ningsih.
Ia mengatakan sengaja datang berlibur bersama keluarga saat lebaran di saat pusat keramaian di kota penuh sesak oleh pengunjung.
“Jika cuaca cerah, wisata petik stroberi lebih kami minati daripada berdesakan di keramaian pusat kota atau pasar,” pungkasnya. (rdr/ant)