Rawat Alam dan Tradisi di Maninjau Agam, FestDaMa-K44 Digelar

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia Irini Dewi Wanti dan udangan memukul tambua bertanda dimulainya festival tersebut, Sabtu (16/9).

LUBUKBASUNG, RADARSUMBAR.COM – Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia Irini Dewi Wanti mengatakan Festival Danau Maninjau Kelok 44 (FestDaMa-K44) yang diadakan di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat untuk bisa menghidupkan ekosistem kebudayaan di daerah itu.

“Tambua tansa terdiri dari kayu, kulit dan lukisan yang ada menghiasi tambua. Tabuhan gendang tidak akan redup dan mempunyai ritme yang luar biasa ketika tidak ada yang mengajarkan maupun pembuat tambua,” katanya saat membuka FestDaMa-K44 di Lubuk Basung, Sabtu.

Ia mengatakan, ini sebuah ekosistem dan kalau kurator maupun seniman yang tampil pada festival ini bisa terlaksana kegiatan tersebut.

Untuk itu, ia dan Balai Pelestarian Budaya Wilayah III Sumbar sebagai perpanjangan tangan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia untuk tetap mengadakan kegiatan ini.

“Kegiatan itu dilaksanakan seiring sejalan dengan seniman untuk memfasilitasi agar kegiatan ini terlaksana,” katanya.

Ia menambahkan, Direktorat Jendral Kebudayaan banyak sekema-sekema atau memfasilitasi yang dapat mendukung seniman dan budayawan melaksanakan kegiatan dalam melestarikan kebudayaan.

Namun ia mengajak masyarakat untuk saling membantu menjaga dan melestarikan budaya di daerah itu.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Agam Isra memberikan apresiasi kepada Dirjen Kebudayaan yang telah mengadakan festival dalam mengembangkan kelestarian kebudayaan dan ini merupakan kegiatan kedua kalinya.

“Kegiatan ini sesuai dengan visi Agam untuk melestarikan kebudayaan di daerah itu, apalagi Agam sangat kaya dengan seni, budaya dan tradisi,” katanya.

Ia mengakui, festival yang diadakan ini sangat tepat dalam merawat alam dan tradisi di Maninjau.

Festival tersebut merupakan wadah khusus di Maninjau untuk selalu berkreasi dan mengembangkan nilai kebudayaan.

“Melalui festival ini ditingkatkan nilai adat dan budaya bagi masyarakat Agam dan ini sangat diperlukan, karena banyak peningalan. Maninjau juga tepat kelahiran ulama besar Buya Hamka dan termasuk tokoh nasional lainnya,” katanya.

Staf Ahli bidang Pembangunan Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Provinsi Sumbar Erinaldi menambahkan kegiatan ini bisa meningkatkan kunjungan wisata yang berdampak terhadap ekonomi masyarakat setempat.

“Tanpa adanya kegiatan, maka ekonomi tidak jalan. Untuk itu, adakan kegiatan berupa festival, seminar dan perlombaan,” katanya.

Ia berharap kegiatan ini menjadi agenda tahunan, karena banyak kesenian dan kebudayaan daerah lain perlu difasilitasi secara bersama.

Lalu kegiatan tersebut diadakan dengan skala besar melibatkan peserta dari kabupaten dan kota di Sumbar,

Ketua Panitia Festival Danau Maninjau Kelok 44 Unri menambahkan kegiatan ini bakal dilakukan terus menerus.

“Ini kegiatan kedua kita adakan dan sebelumnya kita mengadakan di Sungai Batang pada 2022,” katanya.

Rangkaian kegiatan festival yang digelar pada 15-17 September 2023 berupa pemutaran film kebudayaan, penanaman pohon buah-buahan di Kelok 2, arak-arakan kesenian di Kelok 2, petunjukan kesenian seminar, lomba manjalo atau menangkap ikan dengan alat tradisional dan pameran UMKM. (rdr/ant)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version