ALAHAN PANJANG, RADARSUMBAR.COM – Dalam upaya memperkuat sinergi antara PLN dan media lokal, serta mendongkrak ekonomi pertanian berbasis listrik, PLN UID Sumbar menggelar Roadtrip Media 2025 dengan mengundang 30 media cetak, online, dan elektronik di Sumatera Barat.
Acara yang digawangi oleh General Manager PLN UID Sumbar, Ajrun Karim, ini bertujuan untuk memperluas pemahaman publik tentang peran strategis PLN dalam pembangunan daerah dan nasional.
“Media adalah mitra strategis untuk menyampaikan program kami ke masyarakat,” tegasnya.
Rangkaian kunjungan dimulai dari PLTA Singkarak hingga lokasi Inisiatif Electrifying Agriculture seperti, perkebunan buah naga Pak Agus di Kabupaten Solok, Huller Listrik Nadira di Kota Solok dan lahan perkebunan bawang Amri di Alahan Panjang serta Solok Radjo di Lembah Gumanti.
Program Electrifying Agriculture yang digulirkan PLN UID Sumbar kian menunjukkan dampak nyata bagi petani di daerah, petani merasakan keuntungan berlebih dengan program ini.
Salah satunya dialami oleh Amri Ismail, petani bawang merah asal Alahan Panjang, Kabupaten Solok, yang berhasil menekan biaya produksi secara signifikan, terutama dalam penggunaan pestisida.
Menurut Amri, biaya pestisida selama ini menjadi salah satu beban terbesar dalam budidaya bawang, bahkan lebih tinggi dibandingkan bibit maupun pengolahan lahan.
Namun dengan dukungan teknologi listrik dari PLN, dia mampu mengurangi penggunaan insektisida dan fungisida hingga lebih dari 50 persen.
“Sebelumnya pestisida itu paling tinggi dibandingkan yang lain. Tapi setelah ada listrik ini, pemakaian insektisida kita bisa ditekan sampai di atas 50 persen. Ini sangat membantu sekali,” jelas Amri.
Amri memanfaatkan teknologi springkel elektrik untuk penyiraman, yang berfungsi ganda: menjaga kelembaban saat kemarau sekaligus mengatasi masalah kabut yang kerap menjadi musuh utama tanaman bawang di dataran tinggi.
Dengan penyemprotan air di malam atau dini hari sebelum matahari terbit, potensi tumbuhnya jamur di daun bawang dapat ditekan.
“Kabut itu musuh terbesar bawang. Dengan springkel listrik ini, jamur di daun tidak jadi tumbuh. Jadi pemakaian fungisida juga berkurang,” tambahnya.
Hasilnya, produksi bawang Amri tetap stabil bahkan ketika banyak petani lain gagal panen akibat kemarau panjang dan serangan hama. Saat ini, produktivitas rata-rata lahannya mencapai 13–15 ton per hektare, lebih tinggi dari kondisi normal.
“Alhamdulillah, kondisi bawang kita bisa lebih baik. Saya yakin produksi di atas rata-rata,” kata Amri.
PLN Dorong Pertanian Ramah Lingkungan
General Manager PLN UID Sumbar, Ajrun Karim, menyebutkan bahwa program Electrifying Agriculture tidak hanya sekadar efisiensi biaya, tetapi juga dorongan menuju pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Dengan pasokan daya listrik yang memadai di Sumbar, PLN siap mendukung petani lain agar beralih ke sistem berbasis listrik.
PLN juga memperkenalkan berbagai penerapan Electrifying Agriculture di Solok, termasuk pada Huller Nadira Beras Solok Salayo yang sukses beralih dari solar ke listrik.
Huller ini mampu menghemat biaya produksi hingga Rp650 ribu per minggu dan meningkatkan kapasitas produksi dari 4 ton menjadi 5–6 ton per hari.
Ajrun optimis inovasi ini dapat menjadi pengungkit ekonomi baru di Sumbar, mengingat Solok merupakan salah satu sentra bawang merah terbesar di Indonesia.
“Kita ingin petani tidak hanya hemat biaya, tapi juga menghasilkan produk berkualitas dengan cara yang lebih ramah lingkungan,” ungkapnya. (rdr)





















