AROSUKA, RADARSUMBAR.COM – Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Solok meminta petani mengurangi penanaman komoditas bawang merah sebagai upaya mencegah terjadinya penurunan harga saat panen.
Kepala Distan Kabupaten Solok, Kenedy Hamzah mengatakan, saat ini yang perlu diperhatikan oleh para petani adalah melakukan antisipasi informasi jadwal tanam dari daerah lain sehingga tidak sama dengan jadwal tanam para petani di daerah tersebut.
“Artinya ada pengalihan komoditi dengan mengurangi luas tanam bawang merah untuk sementara bertujuan menjaga stabilitas harga,” katanya, Jumat (25/8/2023).
Kenedy mengatakan, turunnya harga bawang merah disebabkan karena di daerah lain terjadi panen raya, sehingga berimbas pada masuknya produksi bawang dari daerah lain ke daerah Solok serta ke daerah yang biasanya disuplai oleh petani Kabupaten Solok.
“Contohnya daerah Pekanbaru dan Batam yang biasanya kebutuhan bawang merah di daerah itu berasal dari Kabupaten Solok, kini juga menerima pasokan dari daerah Jawa,” katanya.
Sementara itu, salah seorang petani bawang merah Hendri (40) di sentra produksi Desa Alahan Panjang mengeluhkan harga bawang merah ukuran besar mengalami penurunan hanya Rp11ribu hingga Rp13 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.
“Penurunan harga tersebut sudah berlangsung sejak lama,” katanya.
Ia mengatakan, harga sejumlah hasil pertanian lainnya berupa cabai merah masih stabil, yakni Rp30 ribu sampai Rp34 ribu per kilogram dan cabai hijau Rp18 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram.
Sejumlah komoditas lainnya mengalami kenaikan harga berupa tanaman sayur-sayuran seperti wortel Rp7 ribu sampai Rp8 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp5 ribu per kilogram.
Selain itu, harga tomat naik jadi Rp12 ribu dari Rp8 ribu per kilogram, seledri Rp13 ribu sampai Rp16 ribu per kilogram, dan kubis naik jadi Rp4 ribu per kilogram.
Hendri berharap harga bawang merah kembali naik. Karena saat ini hampir seluruh tanamannya didominasi oleh komoditas bawang merah.
“Kalau harga masih turun, tentu saya dan petani lainnya mengalami kerugian. Sementara untuk mengolah lahan pertanian selanjutnya membutuhkan biaya yang sangat besar,” imbuhnya (rdr/ant)