Namun, lanjut Suharyanto lagi, sampai sekarang belum ada ilmu pengetahuan atau ahli yang bisa memprediksi dengan pasti kapan dan di mana bencana alam itu akan terjadi.
Oleh karena itu akan lebih baik menyiapkan mitigasi, meningkatkan pemahaman, kesiapan, serta kesiapsiagaan secara lebih maksimal ketimbang larut dalam ketakutan berlebihan.
Ia mengatakan instrumen pemerintah mulai dari tingkat pusat serta daerah sampai saat ini terus melakukan upaya mitigasi secara berkelanjutan.
Hal yang sama juga terus dilakukan BNPB lewat berbagai program rutin, seperti memasang alat peringatan dini secara modern di daerah yang dikategorikan rawan gempa dan tsunami.
Ia mengatakan BNPB juga berupaya menyiapkan dari sisi masyarakat lewat program desa tangguh bencana di sepanjang pesisir pantai.
Sampai saat ini tercatat sudah 3.000 desa tangguh bencana yang diprakarsai oleh BNPB, yang tersebar di berbagai kabupaten atau kota.
“Kita berdoa dan berharap gempa dan tsunami dengan skala megathrust itu tidak terjadi, tapi seandainya terjadi pun kita sudah punya persiapan. Targetnya adalah meminimalisasi dampak bencana sekecil mungkin,” katanya.
Dalam kegiatan tersebut BNPB juga memantau kondisi sarana dan prasarana yang, serta menghimpun berbagai masukan. (rdr/ant)