PARITMALINTANG, RADARSUMBAR.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memulai Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Kabupaten Padangppariaman, Sumatera Barat dengan penerapan Teknologi Mulsa tanpa olah tanah (MTOT) berbasis iklim.
“SLI operasional kali ini mengusung tema penerapan budidaya teknologi MTOT berbasis iklim, kami ingin meningkatkan wawasan petani tentang MTOT, sehingga bisa menekan biaya pertanian,” kata Kepala Satklim BMKG Sicicncin, Heron Tarigan, Kamis.
BMKG juga menggandeng Pemerintah Padangpariaman melakukan Sekolah Lapang Iklim operasional 2023 di Nagari Ulakan, Padangpariaman dengan melibatkan setidaknya 35 orang anggota kelompok petani Al Muttaqim Ulakan, selama tiga bulan ke depan.
Menurut Heron Tarigan, ini merupakan kali pertama SLI operasional di sektor pertanian Sumbar menerapkan teknologi MTOT dengan menggunakan mulsa jerami hasil panen sebagai media tanam.
“Mulsa jerami ini nantinya akan ditumpuk di atas tanah serta jerami pasca panen yang selalu dibakar dan menyumbang pemanasan global melalui C02 oleh petani, bisa berkurang, jadi, teknologi ini sejalan dengan program Udara Bersih Indonesia,” kata Heron.
Ia mengungkapkan dalam praktiknya di sejumlah wilayah, teknologi MTOT mampu meningkatkan hasil pertanian para petani yang juga harus mengetahui kondisi iklim, supaya bisa menunjang hasil panen.
“Petani perlu tahu bagaimana bersikap menghadapi variabilitas iklim yang mempengaruhi produktivitas panen mereka, informasi iklim masih sulit dipahami, utamanya di kalangan petani yang memang mengalami langsung pengaruh iklim pada kehidupan mereka,” kata dia.
Menurutnya, tujuan utama Sekolah Lapang Iklim BMKG adalah mengubah informasi iklim teknis menjadi bahasa praktis petani, dengan penyuluh pertanian sebagai fasilitator serta meningkatkan pengetahuan iklim petani dan kemampuan mereka untuk mengantisipasi fenomena iklim tertentu dalam aktivitas usaha tani mereka.
“Nanti, selama LSI operasional berlangsung, kami bekerja sama dengan dinas terkait, LSM dan lainnya akan memberikan materi, pemahaman dan monitoring dari awal penanaman hingga panen,” katanya.
Sementara itu, Bupati Padangpariaman, Suhatri Bur, berharap SLI operasional mampu memberikan dampak langsung pada para petani karena sektor pertanian di daerah itu sangat potensial dan menyumbang pemasukan yang besar untuk daerah setempat.
“Semoga dengan adanya SLI ini, bisa menambah semangat para petani dan meningkatkan hasil panen mereka yang sebelumnya kurang dari empat ton per hektare bisa berlebih,” kata Suhatri Bur.
Ketua kelompok petani Al Muttaqin yang menjadi peserta LSI operasional, Yurnalis mengaku sudah tidak sabar belajar teknologi MTOT dan menilai pembaharuan dalam dunia pertanian sangat penting saat ini.
“Sekarang langsung ada pengejar dan pematerinya, semoga saja bisa membantu dan berdampak pada hasil panen,” katanya. (rdr/ant)