Anggota DPRD Sumbar Fraksi PKS “Sekolahkan” Epyardi Asda, Ajarkan Etiket dan Tata Krama

Dirinya juga memiliki keyakinan kuat alasan Gubernur Sumbar, Mahyeldi tak memberi tahu Epyardi Asda ketika melakukan kegiatan di Kabupaten Solok, lantaran sudah memiliki berbagai catatan.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Barat (Sumbar) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Asra Faber. (Foto: Dok. Tiktok/@buya.af)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Barat (Sumbar) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Asra Faber. (Foto: Dok. Tiktok/@buya.af)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Barat (Sumbar) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Asra Faber menanggapi polemik dan rentetan sikap serta ucapan dari Bupati Solok, Epyardi Asda yang sudah kadung viral dan bikin heboh pasca ‘mencak-mencak’ gegara tak diberi tahu Gubernur, Mahyeldi dalam rangkaian Safari Ramadan ke Kabupaten Solok beberapa waktu lalu.

Asra Faber menilai, Epyardi Asda yang ia kenal saat ini tak ada ubahnya dengan Epyardi yang ia kenal sewaktu dirinya masih berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag).

“Dulu saya kenal beliau ketika saya menjadi Kepala Kemenag. Rata-rata apa yang saya lihat, sama dengan ketika saya menjadi Kepala Kemenag,” katanya dinukil Radarsumbar.com dari postingannya via media sosial (medsos) TikTok dengan nama pengguna @buya.af, Senin (25/3/2024) malam.

Terkait dengan video Epyardi Asda yang viral di berbagai platform media massa tersebut, dirinya “menyekolahkan” Bupati Solok tersebut untuk tidak boleh menghina pimpinan, terlebih Gubernur yang merupakan atasannya.

“Ini di Ranah Minang, ada tiga ciri khas, kalau orang beradat tau gak? Dia mewakili ketokohan dalam adat, mewakili cerdik pandai, apalagi cerdik pandai, tidak segampang itu saja kita mengeluarkan statement, apalagi ketika mewakili ulama, representasi Al-Quran dan Sunah. Kita boleh saja mungkin saling mengasih nasihat, namun bukan unsur kebencian, apalagi kepada pimpinan, katakanlah dengan lembut dan lunak, tak perlu kita emosi,” katanya.

Dirinya merasa Epyardi Asda perlu melakukan introspeksi kepada dirinya lantaran bukan kali pertama menimbulkan kontroversi usai viral, terlebih memviralkan Gubernur sebagai pimpinannya.

“Bagi anda bukan sebuah kesalahan, apalagi saya tersinggung, saya mantan anak pesantren, saya mantan Kepala Kemenag, tidak kalah pula kami dengan latar belakang dengan pemimpin yang ada hari ini, apalagi kita berbicara soal Islam. Dulu khalifah sampai khalifah abbasiyah, umayyah, itu yang jadi pemimpin adalah rata-rata para ulama. Sekarang anda merendahkan Buya Mahyeldi, apa latar belakang pendidikannya dan lain-lain,” katanya.

Justru, kata Asra Faber, Epyardi Asda harus tahu rekam jejak Mahyeldi sebelum menjadi Gubernur adalah sebagai wakil rakyat dan menjabat Wakil Ketua DPRD Sumbar, jauh sebelum Epyardi Asda menjabat.

“Anda lupa, dia mantan anggota dewan, mantan Wakil Anggota Dewan, lebih dulu menjabat dari bapak, Wali Kota Padang lagi, sekarang Gubernur Sumbar, atasan bapak,” katanya.

Asra Faber mengaku juga mendengar kabar bahwa Epyardi Asda tidak memberi ruang kepada pihak atau kelompok serta wakil rakyat yang berbeda pandangan dengan dirinya.

“Saya juga mendengar kawan-kawan di daerah bapak, ketika berbeda, bapak tidak memberi ruang mereka, padahal kan itu punya masyarakat, ada dana pokir, hibah, itu ketika konstituen, mereka turun berinteraksi dengan wakil mereka kemudian dibawa ke daerah, itu yang membutuhkan kan warga bapak. Itu saya dengar. Mungkin ada juga sebagian kawan-kawan bapak, Bupati-Wali Kota, tak memberi ruang itu, salah,” katanya.

Asra Faber meminta Epyardi Asda untuk tidak bersikap arogan, terutama dengan pimpinan. Ia justru meminta sang Bupati Solok menunjukkan atau mencirikan sebagai seorang pemimpin di Ranah Minang, pemimpin Niniak Mamak.

“Alua jo patuik (kesesuaian sesuatu berdasarkan kelaziman) dan segalanya harus dieleminir. Kepemimpinan Cadiak Pandai, Cadiak Indak Manjua, Binguang Indak Mambali, apalagi kepemimpinan keulamaan. Apapun yang keluar dari kepemimpinan ulama itu adalah ibadah, sekali lagi ke depan, saya nasihati bapak. Kalau bapak merasa, saya Bupati, saya ini itu, ah itu tidak perlu bagi saya itu,” katanya.

Sebagai sesama seorang Muslim, katanya, seorang pemimpin di Ranah Minang harus menyampaikan uneg-uneg ke atasannya dengan cara elegan bahkan dengan gurauan. Bahkan, dirinya juga memiliki keyakinan kuat alasan Gubernur Sumbar, Mahyeldi tak memberi tahu Epyardi Asda ketika melakukan kegiatan di Kabupaten Solok, lantaran sudah memiliki berbagai catatan.

“Saya yakin, Gubernur ada catatan kenapa beliau tidak memberi tahu anda, seolah politik itu memisahkan, boleh berbeda tapi bukan harus dipisahkan, ketika itu dibangun, hancur kita, ketika berbeda Gubernur dengan Bupati, Bupati dengan yang lain, masa harus sama? Ketika berbeda dalam istilah Minang, basilang dalam tungku, di sinan mako nasi masak, ini hebatnya politik di Ranah Minang, seperti falsafah Minangkabau, Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah,” tuturnya. (rdr)

Exit mobile version