Terkait dengan pengawasan, monitoring dan evaluasi dari Dapur Basalero itu, Amrizal meyakini Kepala Lapas Padang, Marten sudah memiliki kalender kerja terkait hal tersebut.
“Tentu untuk menciptakan hal seperti ini, perlu instrumen, ada evaluasi dan monitoring. Saya harapkan ditular hal seperti ini, karena yang banyak masuk (penjara) masyarakat kita sendiri,” katanya.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIA Padang, Marten mengatakan, dapur yang diciptakan oleh pihaknya sudah banyak ditemui di Pulau Jawa.
“Saat saya masuk ke Lapas Padang ini, saya ingin meningkatkan pelayanan soal makanan kepada narapidana,” katanya.
Kemudian, katanya, Lapas Kelas IIA Padang membentuk tim ke Lapas Cipinang untuk melakukan studi tiru. “Setelah dari sana, kami kemudian membuat perencanaan, kemudian anggaran yang tersedia dan dirasa sangat cukup untuk membuat dapur itu. Setelah anggaran itu ada, kami langsung melaksanakan pembangunan itu,” katanya.
Terkait dengan daftar menu yang dibuat, Marten mengatakan, bahwa hal tersebut sudah menjadi aturan baku dan memiliki pakem tersendiri dari Dirjen Pemasyarakatan.
“Dari daftar menu yang sudah dibuat itu sudah memenuhi standar gizi dan itu sama di semua Lapas-Rutan se-Indonesia. Artinya sudah pakem. Bicara tempat pengelolaan ini kan jadi terpisah antara dapur basah dan kering, kalau dulu kan bercampur,” tuturnya. (rdr)